Sabtu, 23 Juli 2011

PENGUMUMAN


1. Informasi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab bisa Anda lihat di situs resmi BSA www.bahasadansastraarabuinbandung.blogspot.com
2.    Nilai dan IPK Mahasiswa bisa Anda lihat di email mahasiswabsa@yahoo.com dengan pasword janganmalas (Huruf Kecil tanpa spasi). daftar nilai berbentuk File Adobe Reader dan disimpan di Inbox/Kotak Masuk, mahasiswa yang bertanggung Jawab tidak akan menghapus Daftar Nilai di Inbox tersebut.
3.    Perkuliahan semester ganjil akan dimulai pada tanggal 05 September s/d 17 Desember 2011.
4.    Seluruh Civitas Akademika Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Menitipkan salam kepada orang Tua Mahasiswa BSA yang hendak pulang ke kampung halaman masing-masing.

Karakteristik Literasi dalam Antolog Abdullah Yusuf Al-Qardawi

Oleh : Nurlinah, M.Ag
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Al-Quran menjadi prinsip dasar bagi umat Islam dalam berbagai segi kehidupan. Di samping mengenai masalah “Realitas Ultima”, juga prinsip-prinsip yang diambil dari Al-Quran mencakup tentang alam semesta yang nyata dan tidak  nyata, manusia dengan berbagai karakter dan bersuku-suku bangsa, flora dan fauna yang menyebar di darat, laut dan di angkasa raya. Begitu pula ilmu pengetahuan, pranata sosial, ekonomi, dan politik diyakini bersumber dari Kalam Agung ini. Sublimasi Bahasa Tuhan yang Mulia ini telah melahirkan inspirasi yang menakjubkan dalam kebudayaan Islam.
Kebudayaan Islam realitasnya adalah “Budaya Qurani”[1]. Sebab secara definisi, struktur, tujuan dan metode untuk mencapai tujuan tersebut adalah rangkaian wahyu yang diturunkan Allah kepada manusia pilihannya Muhammad SAW. Seluruhnya direduksi dari Kitab Suci ini.
Lebih lanjut al-Faruqi memaparkan, bahwa sebagaimana aspek-aspek kebudayaan Islam yang berdasarkan pada motifasi Al-Quran, demikian pula seni Islam yang tidak lain adalah “Seni Qurani”. Ia merupakan ekspresi estetis dari Al-Quran. Seni yang struktur, bentuk dan isinya penuh kesalehan, kebajikan dan kesempurnaan. Meski masalah ini telah menjadi pertanyaan besar dikalangan Muslim sediri, maupun non Muslim yang sudah terlanjur memandang Islam sebagai agama konservatif dan ikonoklasik yang mengabaikan, tidak mengakui dan bahkan menolak seni (1999:2).
Bagaimanakah seni Islam dipandang sebagai “Ekspresi Qurani” dalam warna, garis, gerakan, bentuk serta suara? Untuk menjelaskan masalah ini, Al-Faruqi menawarkan beberapa level, diantaranya:
Pertama, level di mana Al-Quran sebagai penjelas Tauhid atau transendensi. Ajaran Tauhid harus diekspresikan secara estetis. Allah menurut al-Quran adalah wujud transenden yang Maha Esa. Seluruh makhluk hanya tertuju  pada-Nya, tidak bergaris keturunan, tidak ada yang setara dengan Dia (112 : 1-4). Wujud-Nya berada di luar jangkauan penjelasan apapun, tidak mungkuin direpresentasikan melalui penggambaran (image) antropomorfis maupun zoomorfis. Allah secara unik tidak dapat dikenai pertanyaan siapa, bagaimana, dimana dan kapan? Yang wujud   hanyalah   pertanyaan  tentang ke-Esa-an-Nya dan Transendensi-Nya. Pernyataan-pernyataan tentang diri-Nya tidak disertakan dengan perangkat inderawi, baik dalam bentuk manusia, binatang maupun simbol figural alam lainnya. Inilah salah satu kontribusi Al-Quran terhadap seni Islam. Islam membawakan sebuah tuntunan baru bagi ekspresi estetis. Kaum Muslimin memerlukan suatu pola estetis yang dapat dijadikan objek bagi kontemplasi estetis tersebut. Dengan tujuan menyokong ideologi dasar dan struktur masyarakat, sarana yang secara kontinu meningkatkan kepada prinsip-prinsip Islam[2].
Karya seni Islam baik warna, garis, gerak, bentuk dan suara seluruhnya akan meneguhkan kesadaran terhadap realitas Transenden, pemenuhan kepada kehendak-Nya. Hal inilah yang menjadi acuan bagi eksistensi manusia (Al-Faruqi, 1999).
Dasar seni Islam adalah pernyataan negatif “La Ilaha Illallah” Tidak ada Tuhan selain Allah. Aspek yang diajarkan Islam adalah bahwa Tuhan tidak terhingga dalam sifat; Keagungan, Keadilan, Ampunan, Pengetahuan, Cinta, Keindahan dan segalanya. Seni kaum Muslimin memberikan ketakterhinggaan (infinitas) yang melampau batas ruang-waktu. Ekspresi estetis ini disebut Arabesk[3], melalui pola-pola infinitas ini, jiwa pengamat dan penikmat seni akan diarahkan kepada yang Ilahi. Dan seni menjadi penguat dan penegak keyakinan agama Tauhid.
Adapun karakteristik ekspresi estetis Tauhid dapat dilihat dari bagimana ajaran tersebut menstimulasi kesan infinitas yang diciptakan oleh kaum Muslim sendiri dalam rangka memunculkan kesan trasendensi dan infinitas melalui isi dan bentuk estetis. Isi dan bentuk tersebut dapat diapresiasikan melalui abstraksi, struktur modular, kombinasi keberlanjutan (suksesif), pengulangan (repetisi) dan kerumitan.
Arabeks adalah salah satu sifat yang tampil dalam seni Islam sebagai pengikat naturalisme dan bukan penghadir fenomena natural. Karya seni Islam juga tersusun atas berbgai bagian atau modul. Ia dikombinasikan untuk membangun rancangan yang lebih besar,  yang  satu  dengan  lainnya  memiliki  keutuhan dan kesempurnaan masing-masing  yang  dikenal  dengan  sturktur  modular. Kombinasi keberlanjutan (suksesif), pengulang (repetisi), dalam intensitas yang lebih tinggi, dinamisme yang dialami melalui waktu. Sebagai contoh seni tari, musik dan sastra, dialami oleh suatu rangkaian momen estetis-temporal. Ssecara detail hanya seni sastra diadaptasikan melalui membaca dan memperdengarkannya melalui para audien. Disamping itu, karya seni Islam memiliki kerumitan yang menarik dan mendorong konsentrasi kepada entitas struktur yang diapresiasikannya[4].
Kedua,  Al-Quran sebagai model seni. Level ini selain ditentukan oleh Al-Quran, seni Islam juga bersifat “Qurani”. Artinya kitab suci ini menjadi model utama dan tertinggi bagi kreativitas dan produksi estetis. Kitab ini bersifat islam baik bentuk maupun isinya, huruf-huruf maupun idenya, bentuk kata-kata yang sudah jadi, sesuai ayat-ayat dan surat setelah ditentukan oleh Allah sendiri. Al-Quran menjadi contoh paling sempurna yang mempengaruhi segala kreasi dalam berbagai seni rupa (dekoratip ataupun arsitektur), seni suara, seni gerak, dan seni sastra[5].
Berkenaan dengan penjelasan di atas, Quraish Shihab menulis rincian susunan kata dan kalimat Al-Quran yang memukau dan mempesona antara lain menyangkut nada dan lagamnya, susunan kalimatnya yang padat dan singkat tetapi sarat makna, memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan memaksa akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan maknanya. Disamping itu redaksi Al-Quran begitu seimbang. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonim dan sinonimnya, atau makna yang di kandungnya, dan keseimbangan-keseimbangan yang khusus yang lebih istimewa dari Al-Quran[6].   
Dalam berbagai literatur kesusastraan Arab, dijelaskan bahwa turunnya Al-Quran pada masyarakat Arab yang memiliki kegemaran menggubah karya sastra berupa sya’ir (puisi). Tradisi ini dipengaruhi oleh lingkungan hidup dan kehidupan mereka,  bahasa mereka yang puitis dan lisan mereka yang fasih. Puisi tersebut merupakan suatu hakikat objektif dalam sejarah kesusastraan Arab[7].
Mahmood Syakir dalam pengantar buku Fenomena Al-Quran (Azh-Zhahirah Al-Quran), Risalah Tentang  Toeri Mengenai Al-Quran, karya Malik bin Nabi (1983: 68), menyatakan bahwa ketika Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW, puisi pra Islam (Jahili) laksana cahaya yang menerangi kegelapan Jahiliyah. Sedang para penyair itu berpaling pada kefasihan sya’ir tersebut, sebagaimana berpalingnya para penyembah berhala pada berhalanya. Mereka menunduk di hadapan keagungan, kejelasan dan kefasihan sya’ir tersebut dengan khusunya. Hal tersebut tidak pernah mereka lakukan di hadapan berhala-berhala mereka. Mereka adalah para penyembah kefasihan bahasa sebelum menjadi penyembah berhala salah seorang dari mereka pernah mengejek berhala-berhala mereka tetapi tidak pernah sedikitpun mengejek kefasihan bahasanya.
Dari sini jelaslah bahwa gambaran jiwa masyarakat pemuja berhala tersebut sangat terpesona akan Kalam Allah yang diperdengarkan pada mereka, naluri mereka dapat merasakan kelezatan, keindahan dan kefasihannya[8].
Sejalan dengan pergantian masa dari satu generasi ke generasi berikutnya dari satu abad ke abad selanjutnya, kondisi sosial berubah secara dinamis, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, maka masalah i’jaz[9] lughowi Al-Quran ini menjadi objek disiplin ilmu tersendiri. Ulama-ulama yang fokus di bidang sastrawi Al-Quran telah membuat karyanya berupa buku antara lain, Al-Jahiz dengan karyanya Susunan Puitis Al-Quran (Nizham Al-Quran), Abdul Qohir dalam bukunya yang berjudul Bukti-bukti I’jaz Al-Quran (Dalâil I’jaz Al-Quran)[10].
Begitu pula Abu Hasan Al-Jurjani, Al-Kummani, Al-Khathabi, Al-Baqilani, Fahrudin al-Razi, Al-Zamlakani dan pada masa modern ada Musthafa Shadiq al-Rafi’i, Muhammad Ahmad al-Khafallah dan Abdul Karim al-Khatib. Karya-karta penting mereka tentang segi-segi (aujuh) atau bukti i’jaz Al-Quran (Dalâil I’jaz Al-Quran) hampir semuanya menjelaskan sifat-sifat dan manifestasi-manifestasi keindahan (sublim) Al-Quran[11].
Pandangan mereka tentang hakikat sublimitas sastrawi Al-Quran meliputi bentuk, isi dan efeknya. Al-Quran bukan sya`ir (puisi) atau natsar (prosa), tetapi lebih bersifat karya sastra mutlak (sastra Quran) atau prosa bebas mutlak (natsar al-Muhtlaq). Al-Quran tidak menggunakan aturan-aturan puisi dan prosa, tetapi aturan-aturannya sekehendak-Nya guna mencapai keindahan tertinggi yang tak terhingga (infinit). Sedang sya`ir sangat terikat dengan kaidah-kaidah tertentu, ia merupakan bahasa yang mengandung hayalan dan berirama, mengungkapkan suatu makna, perasaan serta ide yang timbul dalam jiwa seorang penyair[12].
Sedang prosa bersajak adalah bahasa sebagai karya sastra yang kalimat-kalimat dan frasenya menekankan pada kekuatan sajak.
Dari penjelasan di atas A. Teeuw memandang penting mempertimbangkan sastra dan teori sastra dalam lingkungan kebudayaan Arab tersebut, terutama ditentukan oleh tiga faktor utama[13]:
 Pertama, kedudukan Al-Quran dalam agama dan kebudayaan Islam sebagai firman Tuhan, dengan segala konsekwensinya termasuk pandangan orang Arab sendiri terhadap puisi dan keindahan bahasanya.
 Kedua, posisi bahasa Arab dalam kebudayaan mereka, sudah didokumentasiakan sejak zaman Jahiliyah. Karya puisi tradisional orang Badawi berupa Diwan al-Arab (kumpulan gubahan puisi Arab) merupakan arsip kebudayaan Arab asli.
Ketiga, interaksi pandangan orang Arab dengan ide-ide Aristoteles sudah lebih awal diketahui oleh mereka. Kemudian diselamatkan oleh kebudayaan mereka tersebut, melalui naskah-naskah terjemahan bahasa Arab. Pada akhirnya diambil oleh kebudayaan Eropa Barat pada akhir abad pertengahan sampai sekarang. Jadi konsep-konsep Arab mengenai estetika dan puisi sampai sekarang ini masih dianut dan dijadikan bahan rujukan oleh kebanyakan orang di dunia Timur dan Barat, bahkan di Indonesia baik secara eksplisit maupun implisit.
S. Effendi seperti telah dikutip oleh Herman J. Waluyo, mengatakan bahwa dalam puisi terdapat bentuk permukaan yang berupa larik, bait dan pertalian makna keduanya. Dalam mengungkapakan pengalaman jiwanya, penyair berangkat dari “mood” atau “atmosfer” yang diwujudkan oleh lingkungan fisik dan psikologi dalam puisi. Ia berusaha mengkongkritkan pengertia-pengertian dan konsep-konsep abstrak dengan menggunakan pengimejian, pengiasan dan pelambangan. Bahkan ketika memilih kata-kata pun diadakan pengulangan bunyi yang menghasilkan kemerduan  (eufoni) sehingga kemanisan bunyi dan makna terpadu[14].
Lebih rinci I.A. Richards menjelaskan adanya hakikat puisi untuk mengganti istilah bentuk batin atau isi puisi, sedang metode dipergunakan sebagai pengganti bentuk fisik puisi. Menurutnya, sebagaimana J. Waluyo paparkan metode puisi terdiri atas diksi (diktion), kata kongkrit (the concrete word), majaz atau bahasa figuartip (figurative language) dan bunyi yang menghasilkan irama dan ritme, sedang isi puisi meliputi perasaan (feeling),tema (sense),nada (tone), dan amanat (atention).
Senada dengan Richards, Ahmad Tsayib dalam bukunya Pokok-pokok Kritik Sastra (Ushul al-Naqd al-Adabi) menguraikan tentang unsur-unsur sastra yang meliputi ‘Athifah’,‘emotional’ atau perasaan, khayal (imajination), ‘haqikat’, ‘ fact’ dan ‘shurah’, ‘form’ atau bentuk. Setiap unsur tersebut di atas,  memiliki aturan tertentu ketika di ungkapkan oleh penyair. ‘Athhifah (emosi penyair) misalnya, memiliki lima standar yaitu dilihat dari ketetapan, kekuatan pengaruhnya dalam jiwa, konsistensi, macam-macamnya dan ketinggian nilai yang diusungnya (1963:190).
Dalam istilah psikologi perasaan seperti ini di kenal dengan warna afektif. Warna afektif ini, kadang lemah kadang kuat atau samar-samar. Ketika warna afektif tersebut kuat, maka perasaan akan lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan seperti ini disebut emosi. Emosi bermacam- macam diantaranya, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was, marah, dendam, dan lain-lain[15].
 Berbagai teori diatas dapat dideskripsikan bahwa puisi sebagai unsur bahasa yang dipermudah melalui kata konkret dan majas (figuratif ), majas dan kata konkret diperjelas menjadi: pengimajian, pelambangan dan pengiasan. Dengan demikian bahasa yang dipergunakan puisi adalah bahasa konotatif (hamisiah)[16] yang “multi- interpretable”.
Sedang makna puisi boleh bermakna lugas (markaziyah) juga lebih banyak dilukiskan dengan makna kias melalui lambang dan kiasan. Maknanya pun bisa berupa tema dan amanat yang didasarkan pada perasaan (‘athifah) dan nada penyairnya.
Tema kaitannya dengan arti karya sastra, bersifat lugas, objektif dan khusus, sedang amanat bersifat luas, subjektif dan umum., lebih berhubungan pada kontek makna karya itu sendiri[17].
Fenomena diatas menunjukan adanya nilai keindahan tersendiri dalam kajian mengenai sastra. Pada dasarnya masalah nilai tersebut termasuk pada bidang estetika sebagai cabang ilmu pengetahuan tersendiri. Akan tetapi dalam kerangka pembahasan disini lebih pada suatu usaha untuk mengemukakan ide bahwa nilai keindahan karya sastra atau keindahan pembacanya, berkaitan dengan ciri-ciri khas semiotik atau makna yang dikembangkan berdasarkan analisis suatu karya sastra yang saling bersinergi antara penulis, pembaca dan kenyataan. Dinamika inilah yang dipandang mengakibatkan nilai keindahan, sesuai dengan keadaan kebudayaan pembaca sekaligus peneliti[18].
Nilai keindahan suatu karya sastra muncul melalui apresiasi sastra. Apresiasi sastra memerlukan kerangka teori, sejarah dan kritik sastra yang kuat dan baik. Dengan menggunakan kajian tersebut secara benar dan tepat, sastra sebagai sebuah ilmu akan tampak apresiatif . Studi sastra tersebut meliputi ketiga wilayah ilmu tadi (teori, sejarah dan keritik satra).
 Teori sastra lebih membidangi masalah definisi sastra, hakekat sastra, teori penelitian sastra, jenis sastra, teori gaya penulisan dan teori penikmatan sastra. Sedang sejarah sastra adalah bidang ilmu sastra yang membahas hubungan dengan penyusunan sejarah periodisasi dan perkemdangan sastra, dan kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang membicarakan masalah yang berhubungan dengan pertimbangan karya sastra[19]. Ia merupakan hasil usaha pembaca atau peneliti dalam mencapai dan menentukan nilai hakiki karya sastra, lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik dalam bentuk bahasa tertulis[20].
Dengan demikian nilai sastra yang indah dan hakiki sangat bergantung pada kesatu paduan semua studi sastra tadi, saling menunjang dan mengisi sehingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif dan dalam mengenai sastra.
Telepas dari nilai sastra dan unsur-unsur tadi, penting juga diperhatikan masalah memaknai sastra puisi. Dalam memaknai puisi kita dihadapkan pada ungkapan penyair  yang memiliki makna lugas dan makna lambang. Makna-makna tersebut yang sudah dipandang umum  mudah untuk ditafsirkan. Tetapi manakala kita dihadapkan pada makna lugas, kias dan lambang yang berhubungan dengan kebudayaan lokal  dan mitos-mitos kedaerahan tertentu akan mengalami kesulitan dalam menafsirkan puisi tersebut. Dengan demikian kita masih mempertimbangkan faktor genetik penyair dalam rangka mempermudah penafsiran makna yang tersembunyi[21]. Dengan mengetahui faktor genetik tersebut akan memperjelas makna yang dilatarbelakangi  kebudayaan khas penyair yang bersifat subjektif.
Dengan kata lain, sastra sebagai seni meupakan kegiatan kreatif manusia yang diwujudkan dalam medium bahasa. Ia berada dalam dunia fiksi, yaitu hasil kreativitas, proses pengamatan, tanggapan, fantasi perasaan, fikiran dan kehendak manusia yang bersinergi[22].
Sastra diwujudkan dalam karangan baik lukisan, kisahan atau cakapan. Di samping bermakna konotatif, mengandung arti rangkap, bahasa sastrapun bertalian dengan nilai, peristiwa, kenangan, asosiasi, memiliki segi ekspresi, mengandung nada, sikap pengarang, di samping  menjadi alat juga sebagai tujuan[23].
Penggunaan bahasa dalam sastra tidak semata sebagai alat utama yang  menghubungkan tanda dengan maksudnya. Tetapi juga sebagai perwujudan ekspresi pengarangnya. Perbendaharaan katapun dalam sastra digali dan diungkapkan dan tidak terbatas pada penggalian kata-kata masa si pengarang lebih jauh perbendaharaan kata di masa lalu dan kontemporer pun diungkap dan digali secara luas. Artinya kata dalam sastra tidak sebatas pada kata denotatif saja seperti halnya dalam bahasa ilmu[24].
Apa yang kita sebut dengan karya sastra, yang salah satunya berupa puisi, merupakan bentuk kesusastraan  yang paling tua. Karya-karya  sastra besar dan  monumental yang ditulis sepanjang sejarah berupa puisi[25]. Diantara teks yang terpelihara adalah sajak epos Ilias dan Odyssee karya penyair Yunani Homerus (880 SM)[26]. Disusul oleh Dante dari Itali  dengan karyanya Komedi Ketuhanan (133 M), selanjutnya Risalah al-Khulud buah karya Muhammad Iqbal, The Paradise Lost (Surga yang hilang) yang digubah oleh penyair Inggris Milton (1674), kemudian dilanjutkan oleh Sahnamah yaitu gubahan puisi Faris Firdaus dari Iran[27]. Itulah  beberapa hasil karya puisi dalam kehidupan kesusastraan pada masa yang telah lalu. Pasang surut kegian sastra tersebut khususnya dalam bidang puisi, selalu memberikan warna  dalam pengembangan bahasa yang dipergunakan oleh masing-masing orang dan di berbagai tempat. Mereka menghasilkan karya  sebagai manifestasi budaya bangsanya.
Adalah bangsa Arab di mana bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dari ciptaan-ciptaan baru dan asli dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan, terutama mengenai ilmu kedokteran, astronomi, kimia, ilmu bumi, ilmu pasti, demikian pula bidang ilmu filsafat, sejarah etika dan kesusastraan[28].
Keadaan tersebut setelah Arab kontak dengan Islam sebagai Agama dan peradaban yang sempurna, yang landasannya adalah kebudayaan Islam. Mereka menjadikan Islam sebagai ajaran yang tertulis dalam Al-Quran sebagai sumber rujukan dalam karya sastranya. Al-Quran sebagai Kalam Tuhan seru semesta alam menjadi model seni berupa I’jaz[29] bagi mereka.  Dengan tersedianya rujukan baru dari Al-Quran tersebut dan sabda Rosul, serta manifestasi budaya lain yang diadaptasi dari berbagai negara (Yunani, Persia, India, Asia, dan lain-lain) menimbulkan ciptaan baru dalam sastra Arab. Ruh Al-Quran dengan bahasanya yang puitis mendorong terciptanya syair tang motifnya amal saleh, dengan tema-tema nasehat, pujian-pujian pada Allah dan Rosul-Nya[30].
 Bahkan ketika Islam telah menyebar ke berbagai pelosok dunia, dan berpenetrasi dengan budaya lain yang meresap dengan cepat. Masa ini dikenal dengan 'ashr al-zdahab atau masa keemasan peradaban Islam.
Masa ini bentuk-bentuk baru syair Arab telah berkembang pesat dan bervariasi seperti adanya tema Ijazah, tastmith, takhmis, tasyri al-fan wa al-fan, dubait dan lain-lain yang tidak terbatas pada aturan 'arudh (rima) dan qowafi (ritme) tertentu.
Kehidupan sastra berubah seiring dengan perubahan kehidupan masyarakatnya dengan irama yang makin cepat. Timbul kebutuhan-kebutuhan baru akibat perubahan tersebut. Terjadilah persaingan antara berbagai bidang kehidupan dan antar berbagai kepentingan bangsa-bangsa. Hal ini merupakan tantangan peluang bagi terciptanya karya sastra yang bermutu, kreatif dan produktif serta relevan dengan tuntutan kehidupan yang penuh dengan persaingan dan sinergi[31].
Adalah Abdulah Yusuf al-Qordhowi salah seorang penggubah puisi yang merupakan salah satu karya sastra Arab modern secara kreatif dan produktif, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang bermutu. Ia dikenal sebagai tokoh yang mendapat anugerah ‘King Faishal Award’ Jaizah al-Malik Faishal[32], juga merupakan tokoh ulama intelektual dan pembaharu dalam Islam yang aktif, ia tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat dunia Islam. Pakar yang kompeten  di bidang ilmu pengetahuan sekaligus kegiatan sosial. Kajian Al-Quran, hadits, hukum, dakwah, juga budaya. Syekh al-Qordhowi pun dikenal sebagai seorang pujangga sastra (puisi).
Sebagaimana al-Syafi’i yang lebih dikenal sebagai mujahid (agamawan), mufaqih (ahli hukum)  bahkan pendiri aliran terkenal dalam Islam di bidang Fiqh (hukum Islam), ia juga sebagai penyair. Ia menggubah puisinya dengan cakap dalam mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang dialami pada zamannya. Ia menggubah puisi dengan indah, memiliki karakter yang khas, dan isinya lebih banyak mengusung nilai-nilai moral yang mengalami dekadensi pada masyarakatnya, begitu pula kritik sosial atas para penguasa yang lalim dengan mengungkapkan perasaan yang dalam dan menakjubkan. Saking fasih dan cekatan dalam membuat karya puisinya, ia menganggap dirinya seorang penyair yang melibihi kesastrawanannya Labid[33], berikut ungkapan bait puisinya:
ولو لا الشعر بالعلماء يزري       لكنت اليوم أشعر من لبيد
“Andai saja tidak berseberangan antara syi’ir dan kegiatan intelektual keagamaan tentu saja saat ini aku melebihi kepenyairan Labid”
Bait syair itu ia gubah selaras dengan pemikirannya bahwa puisi dan hukum selalu berseberangan tidak dapat bersinergi meski banyak istilah-istilah, konsep-konsep dan teori-teori  hukum diserap dan  digubah  menjadi  bait-bait  puisi. Karena kesungguhannya konsentrasi terhadap penelitian-penelitian dan istimbat di bidang hukum maka Syafi’i berpaling dari kepenyairannya.
Sebetulnya ada kesamaan halnya dengan Syafi’i, meski tidak sedikit perbedaannya dengan sosok ketokohannya, Yusuf Qordhowi pun dikenal sebagai ilmuwan di bidang kajian Islam seperti Tafsir, Hadits, Aqidah, Syari’ah, dan Dakwah islamiyah sebagai realitas ultima, serta di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan polotik praktis, ia juga dikenal sebagai sosok budayawan. Berbeda dengan al-Syafi’i, al-Qordhowi yang semula ingin menghindari puisi yang didendangkan oleh para pujangga yang mengambil keuntungan dari hasil putusan-putusan hukum dan argumentasi pemikirannya lewat puisi tersebut, pada akhirnya ia tidak dapat berpaling dari puisi tersebut. Hal ini dapat diteliti dari gubahan qasidahnya[34] dengan judul Ana wa syi’r (Saya dan Puisi), ia mengungkapkan:
اريد له هجرا فيغلبنــي حي       وانوى ولكن لا يطاوعنــي قلبي
وكيف اطيق الصبر عنه وانما        ارى الشعر للوجدان كالماء للعشب
“aku ingin sekali berpaling darinya ( puisi), tapi aku terlanjur menyukainya meski tidak selaras dengan hatiku. Bagaimana mungkin aku dapat jauh darinya, sementara puisi yang bergelora dalam jiwa laksana air mengalir bagi rerumputan”.

Dari struktur bahasa  puisi diatas, dapat dicermati, bahwa pada dasarnya Qordhowi tidak ingin meninggalkan puisi dan konsentrasi pada berbagai aktivitas yang bernuansa islami  semata. Tetapi dia juga merupakan sosok tokoh cendikiawan yang memiliki rasa seni  tinggi yang ditunjukannya dengan cara mangapresiasikan puisi-puisinya dalam berbagai kegiatan orasi keagamaannya.
 Bahkan ia memandang puisi sebagai salah satu media pusat penopang terpenting dalam berbagai dakwah islamiyah yang benar.
Sebagai contoh dapat dihayati dari bait-bait puisinya berikut ini[35]:
وقفتك ياشعري على الحق وحده#  فإن لم أنل إلا قلث لهم :حسبــي !
وإ ن قال غر: ثروتي قلت دعوتي   #وإ ن قال لي :حزبي, أقو ل له: ربي !
“Puisi! aku mamandangmu hanya atas dasar kebenaran semata,Andai aku tidak memperolehnya, cukup hanya aku .Andai karyaku tipu daya, tinggalkanlah aku. Jika ia menganggap sebagai pelindungku, aku katakan padanya hanya Allah pelindungku”.
Dari berbagai gambaran diatas penulis memandang urgen untuk meneliti Antolog Abdullah Yusuf Al-Qordhowi tersebut dengan judul sebagai berikut :
“Karekteristik Literasi dalam Antolog Abdullah Yusuf Al-Qordhowi “
                              

B.       Identifikasi Masalah 
 Memperhatikan berbagai deskeripsi realitas sastra sebagai kajian, sebagaimana diungkap dalam latar belakang masalah diatas, mengacu pada berbagai pandangan para pemerhati, pengkaji dan peneliti  sastra.
Terlebih telah dijelaskan pula  dasar-dasar model “seni Qur’ani” yang merupakan “budaya Qur’ani” sebagai rujukan yang akurat dalam kajian sastra Arab khususnya, sastra-sastra dunia pada umumnya. Paparan berbagai kajian sastra sejak zaman yunani kuno, masa keemasan peradaban islam, dan masa pertengahan sampai masa muashir (kontemporer). Masa dimana para ilmuwan termasuk sastrawan Muslim berusaha bangkit kembali, bahu membahu dari kejumudan belenggu imperium, dengan berbagai jalan, upaya dan pendekatan. Qordhowi sebagai aktifis da’wah yang hidup pada masa ini, berusaha menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan berbagai pendekatan  yang  salah satunya menggunakan media bahasa yang indah, yaitu lewat puisinya. Ia memberikan bekal yang sangat berharga bagi generasi Muslim guna menuju jalan-Nya. Sebagai mana termuat dalam diwan (kumpulan gubahan) puisinya.

C.       Perumusan Masalah
Antolog diwan merupakan kumpulan gubahan puisi Qordhowi yang memuat dua kelompok gubahan puisi, yaitu berupa Qashidah yang terdiri dari dua belas tema dan  enam tema berupa nasyid. Diwan puisi Yusuf Qordhowi tersebut, didalamnya memuat aspek kemasyarakatan, keimanan, persaudaraan, kesejarahan, kebahasaan serta kesastraan. Dengan demikian diwan puisi Qordhowi ini dapat dianalisis struktur fisik maupun batinnya dari berbagai disiplin ilmu diantaranya, pendekatan sosiologi, teologi, psikologi, sejarah, linguistik dan sastra.
 Karena kaya akan bahasan tersebut diatas, maka penelitian terhadap diwan puisi Qordhowi ini akan dibatasi pada kajian karakteristik literasinya, fokusnya pada struktur fisik, batin dan efeknya, berdasarkan pada beberapa pertanyaan masalah berikut ini: Bagaimana aspek-aspek puisi dalam Antolog Yusuf Qordhowi di lihat dari segi diksi, makna, rima dan ritmenya?    

D.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah upaya untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan data dan fakta. Oleh sebab itu penelitian ilmiah hendaklah menggunakan metode ilmiah yaitu logico hipotetico verivikatif (dedukatif-induktif). Artinya penelitian tersebut melibatkan dua wilayah teori (deduktif) dan wilayah empiris (induktif)[36]. 
Penelitian tentang nilai-nillai sastra dalam diwan puisi Yusuf Qordhowi, sekaitan pada rumusan masalah diatas, bertujuan sebagai berikut, untuk mengungkap aspek-aspek puisi dalam Antolog Yusuf Qordhowi di lihat dari segi diksi, makna, rima dan ritmenya.

E.     Kegunaan Penelitian
Diwan puisi yusuf Qordhowi merupakan kumpulan gubahan puisi yang dibukukan, dengan menggunakan bahasa Arab, produk karya sastra Yusuf Qordhowi. Puisi tersebut dapat didendangkan dan diapresiasikan menurut prosodi sastra Arab, juga dapat dimaknai, sehingga isinya dapat difahami dan memberikan penjelasan mengenai karakteristik sastra berdasarkan struktur fisik,  batin dan efeknya, dengan dasar menyingkap diksi, makna, rima dan ritmenya.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan bahasa dan sastra khususnya, dan masukan yang memadai dan representative dalam khazanah budaya bangsa. Di samping itu, penelitian ini diharapkan mempunyai nilai pragmatis bagi kehidupan yang harmonis, indah dan penuh dengan sikap optimis bagi masyarakat akdemis khususnya dan manusia sekalian.

F.        Tinjauan Pustaka
Sosok Qordhowi tidak asing bagi sebagian besar masyarakat muslim dunia begitu pula di Inddonesia. Qordhowi dipandang sebagai pendidik, mufasir, mejaddid bahkan ia lekat dengan sosok yang telah menorehkan pemikirannya di bidang bahasa dan sastra. Diwan al-Duktur Yusuf al-Qordhowi Nafahat wa Lafahat karya Husni Adham Jarrar berupa kumpulan puisi Arab gubahan Qordhowi telah banyak dijadikan objek penelitian yang dilakukan oleh kalangan akademik, antara lain Endah Laelasari dengan judul
الاناشيد ليوسف القرضاوى (دراسة بنيوية عن تراكيبهاالمعنوية)
Bandung: Perpustakaan  Fakulktas Adab dan Humaniora, 2008
76 Hlm.Skripsi (S.S) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Bandung), 2007A.2 : 434, Koko Komarudin dengan judul:
العروض فى الا ناشيد ليوسف القرضاوى
Bandung: Perpustakaan  Fakulktas Adab dan Humaniora, 2008
58 Hlm.Skripsi (S.S) IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Bandung), 2003A.2 : 271, Popong Siti Munawaroh
 الموضوع واللأمانة في شعر رسالة شوق وحنين ليوسف القرضاوى (دراسة تركيبية)berjudul: Bandung: Perpustakaan  المو ضوع والأمانة قى قصيدة "مناحاة" ليوسوف القرضاوى
Fakulktas Adab dan Humaniora, 2008. 84 Hlm.Skripsi (S.S) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Bandung), 2007.A.2 : 429, Siti Zuhriah Azizah المو ضوع والأمانة قى قصيدة "مناحاة" ليوسوف القرضاوى
 Bandung: Perpustakaan  Fakulktas Adab dan Humaniora, 2008
74 Hlm.Skripsi (S.S) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Bandung), 2006. A.2 : 393.
Dengan demikian penelitian Karakteristik Literasi Dalam Antolog Abdullah Yusuf Al-Qordhowi memiliki peranan penting dalam pengembangan penelitian selanjutnya.

G.      Kerangka Berfikir
Secara umum terdapat empat unsur skema komunikatif dalam memahami sastra yaitu, berupa pengarang, pembaca, teks dan konteksnya. Pengarang teks, dianggap mendapat “ilham dari dewa”. pernyataan itu mendapat perhatian besar terhadap pengarang pada masa Yunani kuno[37]. Seniman menciptakan dunia baru, melanjutkan penciptaan alam, bahkan dalam bentuk yang lebih sempurna, Puisi “is the spontaneous over flolw of power ful feelings” puisi merupakan luapan rasa spontan yang kuat. Niatan pengarang, penting untuk di interpretasi, meski bukan hal yang utama sekaitan dengan pengaruh peranan sosial. Intertekstualitas adalah suatu teori yang menunjukan bahwa menulis dan membaca suatu “interteks” adalah suatu “tradisi budaya” sosial dan dan sastra yang tertuang dalam teks-teks. Teori tersebut berusaha meninjau masalah penciptaan, penjelasan biografi dan niatan pengarang. Situasi pengarang terhadap karya sastra dan terhadap pembaca sifatnya ambivalen[38].
Pembaca yang sekaligus sebagai “peneliti” dan “kritikus” memiliki peranan penting dalam memaknai karya sastra (model semiotic). Dalam model semiotic tersebut,  pembaca adalah  poros dasar dan utama. Tanpa pembaca, suatu karya  sastra  akan diam, lapuk, tidak ternilai, bahkan tidak ada komunikasi antara pengarang suatu karya sastra, niatan pengarang tidak dapat disampaikan. Menurut A.Teeuw (2003), tanpa pembaca tidak ada pembacaan, pemahaman, penilaian sastra, sasaran komunikasi sastra dan keberhasilan komunikasi tersebut. Selaras dengan tujuan penciptaan karya sastra itu sendiri.
Sejak 2000 tahun silam, sekitar tahun 14 SM, Horatinus telah menulis tentang tugas dan fungsi seniman (penyair) sebagai berikut[39]: “Aut prodesse uolunt aut delectare poetas, Aut simul et iucunda et idonea dicere vitae” (tujuan penyair adalah berguna dan memberi nikmat sekaligus mengungkapkan yang enak dan berfaedah untuk kehidupan).
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa pembaca harus dapat mengambil nilai pragmatis dari suatu karya sastra. Pembaca sendiri merupakan objek sekaligus subjek karya sastra. Subjektivitas pembaca dalam hal pemberi makna (semiotik), objektivitas pembaca selaku manusia yang terkena macam-macam pengruh, efek, perasaan, dalam hubungan estetika dengan teks, yang sebagian ditentukan oleh konvensi-konvensi sastra. Dan lainnya berada diluar sastra sebagai pengaruh kekuatan sosial, politik dan budaya[40].
Aspek ke empat yang penting dipertimbangkan sehubungan dengan karya sasta adalah aspek, ‘kenyataan’, ‘realitas’, ‘semesta’ atau ‘univers’. Kaitan kenyataan dan rekaan (mimesis dan creation) dalam sastra, merupakan hubungan yang dialektis atau bertahap. Mimesis tidak mungkin muncul tanpa creation dan sebaliknya. Untuk menciptakan karya sastra yang hakiki, tidak dapat terlepas dari dunia nyata dan dunia khayal. Rekaan disini bukan merupakan lawan dari kenyataan, tetapi ia memberikan informasi sesuatu mengenai kenyataan.
Implikasi  pemahaman tentang sebuah teks karya sastra, yang dalam penelitian ini berupa diwan puisi Yusuf Qhordhowi, tidak mungkin dapat difahami secara parsial. Tetapi, harus senantiasa memperhatikan keempat aspek skema komunikasi tersebut, yaitu aspek pengarang itu sendiri, pembaca, rakaan dan kenyataan keseharian saling bersinergi. Dengan perpaduan keempat aspek tersebut diatas, manusia dapat hidup harmonis diantara kenyataan yang dialami dengan impian yang akan dijelangnya. Dengan kata lain, seni harus mencerminkan kenyataan sosial-ekonomi, alat untuk mengubah keadaan masyarakat, seni juga bertugas ikut serta dalam proses pembongkaran masyarakat, melalui efeknya pada pembaca[41].
Skema komunikasi yang berpangkal pada karya sastra yang diadaptasi dari model sastra M.H. Abrams oleh A. Teeuw (2003), yang didalamnya terdapat karakteristik literasi berupa: diksi, makna, rima dan ritma, dapat dilihat pada gambar kerangka (fram work) di bawah ini.
Gambar Kerangka Berfikir Penelitian Karakteristik Literasi Dalam Antolog Abdullah Yusuf al- Qordhowi :
 












Keterangan:
                              Hubungan langsung
                              Hubungan tidak langsung

G.      Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab dirinci menjadi pasal-pasal, dari pasal-pasal tersebut dimunculkan sub-sub pasal, yang seluruhnya akan bersinergi dalam menjelaskan dan memaparkan isi, bentuk dan penelitian ini. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :
Bab I- Pendahuluan
Merupakan gambaran realitas secara umum. Sebagai pengetahuan pada pembahasan penelitian yang memuat Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian, Tinjauan Pustaka dan Kerangka berfikir.
Bab II- Kajian Teoritis
Merupakan deskripsi berbagai teori dan konsep yang relevan dengan pembahasan penelitian ini. Kerangka teoritis tersebut secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut; kajian teori sastra khususnya mengenai aspek-aspek puisi yang mencakup bahasan diksi, makna, rima, ritme.
Bab III – Metodologi Penelitian
Menentukan Metode, Menentukan Sumber Penelitian, Jenis Data, Teknik pengumpulan Data, Anlaisis Data dan Kesimpulan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis struktur bahasa puisi Qordhowi, baik dari segi diksi, makna, rima dan ritmenya. Tema-tema puisi tersebut yang terdapat dalam dan nasyidnya, akan dianalisis secara rinci dan dalam, serta dipandang suatu produk sastra yang memiliki nilai pragmatis dalam kehidupan. Sehingga karya sastra tersebut, mampu meninggalkan kesan yang dalam berupa ajaran moral, kritik sosial, kepahlawanan, kejiwaan dan lain-lain, pada penikmat, pembaca, pengkaji dan peneliti sastra.
 Bab V - Kesimpulan dan Saran.
 Kesimpulan direduksi dari  pembahasan inti penelitian berupa poin-poin uraian singkat sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian. Dengan demikian akan muncul masukan-masukan dan kritik-kritik dalam rangka mengembangkan temuan-temuan baru dalam penelitian ini sebagai saran yang berguna.


BAB II
LANDASAN TEORITIS KERAKTERISTIK LITERASI

A.  Pengertian Karakteristik Literasi
Karakteristik literasi adalah dasar-dasar puisi Arab al-Usus Al-syi’riyah,[42]Dalam penelitian ini memiliki arti totalitas keindahan lafal, makna, rima dan ritme dalam puisi Arab,[43] atau meliputi aghrad  tujuan, tema, dan nilai puisi imajinasi, diksi, stilistika, rima dan ritme wazan dan qafiyah. [44]

B.  Tujuan, Tema dan Nilai puisi
Tujuan tema, dan nilai puisi Arab merupakan struktur fisik puisi yang mencerminkan gejolak hati dan perasaan pujangga Arab berupa keadaan lingkungan, perkembangan dan puisi-puisi yang dipadang sempurna dan terkenal dikalangan mereka, diantaranya adalah, Nasib atau Tasybib,Fakhr atau Hamasah, Rotsa, Haja, I’tidzar, Washf, Hikmah dan Mutsl. Nasib atau tasybib yaitu puisi percintaan yang menceritakan kekuatan cinta, dan pada zaman Jahiliyah puisi ini biasanya menceritakan wanita dan kecantikannya, perilakunya, postur tubuhnya, juga tentang deskripsi puing-puing yang ditinggalkannya, kerinduan, kilatan petir, api unggun, tiupan angin sepoi, mendeskripsikan air, tempat tinggal, cacat. Dan nasib di kalangan bangsa Arab merupakan puisi yang memiliki peran tersendiri berbeda dengan nilai puisi lainnya. Dengan puisi percintaan inilah para pujangga Arab mengawali Antologinya, yang membangkitkan gelora cinta seseorang, dan cinta ini merupakan rahasia terdalam bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat[45]
1.      Fakhr atau Hamasah
Seseorang merasa terhadap urusan diri dan bangsanya, menceritakan rasa sakit, kebencian, kemulian, kesempurnaan, kemuliaan keturunannya, tekenal keberaniannya. Sedang hamasah memiliki makna keras dan kuat, puisi hamasah merupakan seni sastra puisi yang memiliki uslub atau gaya bahasa  yang kuat berupa kekuatan rasa yang muncul dari jiwa yang kuat. Kekuatan tersebut nampak dalam kehidupan berupa kemerdekan, etika, sosial. Totalitas kekuatan positif tersebut yang muncul menggambarkan ketinggian, kemuliaan, secara individu maupun golongan, juga mendeskripsikan pertempuran, musuh dan resiko yang timbul akaibat peperangan tersebut, motifasi untuk mengadakan penyerangan, mennggambarkan kepedihan akan kematian, kebanggaaan ketika memberikan pertolongan merasakan penyesalan ketika para kerabatnya terbunuh, pesimis ketika tebunuh, dan sabar menghadapi kesulitan hidup, membangkitkan keberanian para pengecut, memuji para ksatria dan berani, meninggalkan tempat-tempat yang hina, mengabaikan kesusahan dan rendah hati kepada kekasih menaklukan jalan yang dipandang sulit.[46]  
2.      Madh atau pujian
Madah atau pujianterhadap orang yang dipandang memiliki kebaikan jiwa, seperti kecerdasan akal, keadilan, memelihara diri, berani, begitu pula pujian terhadap orang yang meilliki keindahan fisik, seperti cantik, postur dan memiliki tubuh ideal, penyair pertama yang memuji demikian dalam puisinya adalah Zuhair bin Abi Salma, Nabighah al-Zdibyani dan A’asya Hamdan.
3.      Rotsa atau ratapan
Rotsa merupakan puisi arab yang menggambarkan ratapan menyayat pada mayat, menampakan penyesalan dan kehilangan, mendramatisasi musibah. Bahasa yang dipakai dalam puisi ratapan ini adalah ungkapan kesedihan, keputusasaan dan penyampaian kesetiaan,  meski pada awalnya kesedihan merupakan perasaan negatif yang membenamkan manusia pada terlena dan memikirkan diri berlebihan.[47]      
4.      I’tidzar atau pengakuan
I’tidzar merupakan ungkapan penyair tentang tugas dan tanggung jawab mereka dalam menyampaikan hujjah atau alasan untuk menyampaikannya, kecenderungan hati untuk mengakuinya dengan lemah lembut.[48]
5.      Washf atau deskripsi
Washf adalah puisi yang mengungkapkan, menjelaskan dan memaparkan realitas kondisi seseorang untuk mempengaruhi hati audien, sehingga diharapakan mereka merasakan dan melihat apa yang ia rasakan dan ia lihat. Kebanyakan puisi ini biasa digubah oleh orang Arab sejak masa klasik dan mereka menyampaikannya denagn tujuan untuk mengluluskan urusannya, menyenangkan dan menyukainya. Para pujagga mendeskripsikan seluruh yang dilihatnya, yang diterangkannya juga menggambarkan kekalutan jiwa mereka, diantaranya gambaran binatang ternak seperti onta, kuda dalam kriteria posturn dan kondisi larinya, deskripsi tumbuh-tumbuhan cara tanam, pengairannya, berkaitan dengan langit dan bintangnya, arakan mega, gemuruh halilintar, petir dan hujan. Deskripsi tanah meliputi datarannya, pegunungannya,   arah mata angin, musimnya, terutama yang berkaitan dengan tempat tinggal, puing-puing yang ditinggalkan, hembesan anginnya, pengaruh hujan terhadap bimi dan lain-lain.[49]
Akan tetapi yang dimaksud washf dalam tulisan ini adalah deskripsi yang bernuansa sastra berupa perolehan karakter manusia, pengaruh nilai, karya yang indah, dan peristiwa-peristiwa besar, serta seluruh ketentuan yang melekat pada manusia yang tercermin lewat media bahasa yaitu berbagai konsep tulisan dan gambar. Berdasrkan imajinasi, ungkapan yang benar, perasaan yag mendasar, yang melahirkan  kekaguman, rasa terpukau dengan apa yang disaksikannya. Lalu ia menafsirkannya melalui penjelasan yang memberi pengaruh terhadap keistimewan penyair dan sudut pandang dia, dan di dalam diri penyair  tersebut berkecamuk antara optimistik dan pesimistik, masalah besar dan kecil,[50] dan washf dikalangan bangsa Arab merupakan nilai puisi yang paling dominan.
6.      Hikmah dan perumpamaan
Yang dimaksud dengan hikmah adalah penomea yang terjadi pada alam, kehidupan, manusia, agama dan etika,[51]biasanya berpengaruh pada karakter manusia yang memiliki pernyataan tang luas dalam masalah ini terutama yang bekenaan dengan masalah jiwanya. Hikmah merupakan unsur penting dari berbagai unsur lainnya yang menunjukank kekuatan puisimya pada puisi zuhud, petuah, dan bentuk hikmah biasanya berupa penetapan, penguatan dan pengokohan. Dan sangat bergantung pada realitas kehidupan yang stabil meliputi kereter manusia, hari, keputusan agama dan etika, kadang berupa  ungkpan hikmah yang yang ringkas mngandung hikmah  yang diterima dan  benar.[52]  Tema-tema tersebut di atas merupakan tema puisi Arab yang tumbuh dan berkembang pada masa Jahiliyah.
Adapun tema-tema puisi Arab yang muncul pada masa awal Islam adalah puisi-puisi yang menyebarluaskan kaidah-kaidah agama, hukum, wasiat, motifasi untuk menganut ajaran Islam pada masa Nabi dan Khulafaurrasyidin, dorongan untuk mengikuti peperangan dan keinginan memperoleh penghargaan yang tinggi dalam menegakan kalimat Allah terutama pada masa-masa peperangan Nabi dan dan ekspansi ke Mesir, bangga berada di jalan Islam, bangga mengalahkan kaum musyrik yang tidak mampu keluar dari belenggu kesombongan, keridhoan Nabi atas kebaikan penyair yang membanggakan kaum Qurais dan keluarga Nabi dari keturunan Abd Manaf. Begitu pula terdapat deskripsi peperangan dan terkepung dan kemenangan atas berbagai kota dan lain-lain.[53] Dari masa kemasa atema-tema puisi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan kondisi masyarakat, sampai pada masa modern. Dan tema-tema puisi masa modern tidak jauh dari tema-tema sebelumnya, Ada tambahan dalam penggunaan dam pengaruh yang ditimbulkannya. Tema-tema tersebut berupa kebanggaan terhadap keturunan, berbagai aliran dalam politik, agama, dan ilmu pengetahuan, tenggelam dalam pertentangan masalah agama, munculnya faham zindik, lahirnya para penulis,  dengan latar belakang dekandensi moral dan tradisi, para penyair banyak yang tenggelam dalam mendeskripsikan minuman keras, mengajak dan terjerumus kedalamnya, mendeskripsikan taman dan kebun, gedung dan aula tempat berkumpul banyak orang, berburu binatang, burung, ikan dan urusan yang ringan, berkembang pesat pula tema nasihat, zuhud di dunia, hikmah, perumpamaan, latihan jiwa, novel dan cerita hikayat.[54]

C.  Struktur Diksi Puisi
Aspek puisi lainnya adalah struktur diksi puisi, Sebagaimana telah kita ketahui sejak awal bahwa bangsa Arab gemar menggubah puisi, karena watak bdan baktnya, bukan bantuan alat peraga dan studi ilmiah, puisi mereka, jelas diksinya, tidak berbelit, jauh dari kata-kata sulit, gubahannya terang dan konsisten dengan makna sebenarnya. Karya tersebut merupakan karya dengan menggunakan diksi yang indah dalam mengungkapkan makna puisinya, tidak jauh berbeda puisi Arab pada masa awal datang Islam, hanya ada tambahan konsep pilihan diksi dari masa klasik, yaitu ungkapan puisinya  menggunakan rujukan atas dasar pada hafalan Al-Quran dan Hadits Nabi, dan penggunaan diksi puisi beserta strukturnya berkembang hingga pada masa modern, seperti penambahan kata asing, struktur yang halus tanpa mengabaikan makna, dan bertambah banyak pula jenisnya.[55]
   
D.  Makna imajinatif puisi 
Para pujangga menciptakan karya puisi dengan maksud untuk menjelaskan segala bentuk makna yang berkecamuk di dalam jiwanya, makna tersebut bersifat fitri dimiliki oleh seluruh manusia dan melekat pada dirinya. Orang kota, orang desa, orang Arab orang selain Arab mereka sama-sama memiliki sifat tersebut, seperti pengetahuan tenyang informasi yang akurat, mendeskripsikan  berbagi fenomena, menjelaskan berbagai perasaan yang bergelora tanpa adanya rekayasa dan berlebihan, menapikan tuntunan imajinasi, berupa gambaran yang indah dan bentuk yang sistematis, kondisi teratur kesemuanya disebut dengan makana yang tercipta, sedang makna imajinasi puisi Arab klasik sebagaiberikut;[56]
1.    Makna yang agung dan jelas, selaras dengan realitas peristiwa 
2.     Tidak bertele-tele dan boros, terlepas dari batasan logika dan publikasi
3.    Tidak banyak menggunakan makna asing, tidak bertentangan, jelas dalam mendeskripsikan keindahan, asosiasi, personofikasi dan eupimisme, dan seluruhnya terungkap melalui proses pergulatan pemikiran
4.    Tidak patuh pada aturan sietematika penulisan yang berdasarkan pada kerja logika semata, tetapi lebih mengutamakan daya imajinasi yang lahir dari jiwa mereka.
Begitu pula dengan para pujangga Arab pada masa awal Islam, mereka sedikitpun tidak meninggalkan warisan budaya baik pada masa jahiliyah, tetapi masa ini lebih menunjukan perkembangan pada sistematika pemikiran, pendekatan makna pada tataran hati dan perasaan jiwa mereka yang murni, kehalusan karakter mereka dalam studi  kitab Allah dan hadits Rosul SAW. yang keduanya merupakan sumber makna, hikmah dalam puisi mereka, kekayaan imajinasinya, perkembangan pengetahuannya, berupa data budaya dan karya yang indah. [57] Dengan demikian makna imajinasi puisi merupakan struktur pemikiran atau kaidah-kaidah filsafat  dengan meminimalisir kekeliruan dan penyelewengan rasa dalam menjelaskan makna tersebut, dan menggunakan imajinasi utama dan harapan yang tidak dapat dideskripsikan serara rasional yang ada di luar dan di dalam hati berupa keraguan dan kekacauan dalam puisi yang bertema, pujian, kebanggaan, perumpamaan, imajinasi yang indah, hikmah, dan simbol-simbol keagamaan.[58]

E.   Rima
Karakteristikppuisi lainnya adalah rima dan ritmenya yang dikenal dengan syair lagunya, dan dalam puisi Arab rima dan ritme tersebut berupa kunci lagu yang di sebut dengan bahr atau wazan dan qofiyah atau sanjak.
Wazan dan qofiyah atau rima dan ritme, merupakan disiplin ilmu yang khusus berkaitan dengan musikalisasi puisi. Musik tersebut yang membedakan prosa dan puisi, sungguh ketika pendengaran yang halus menyerap keindahan yang lahir dari perasaan maka alan keluar larik-larik puisi yang menggambarkan perasaan tersebut dibarengi kesatupaduan nada tertentu, kemudian diulang-ulang sampai pada sate bentuk tempo tertentu dalam lagu. Dan satuan suara tadi terdiri dari vokal panjang dan kosonan harakat dan sakanat  yang serasi dan tersusun secara akurat dan rapi, yang dalam istilah ilmu arud di sebut dengan taf’ilah, dan ketika tafilah tersebut disusun sedemikian ripa, sehingga menjadi sekumpulan taf’ilah tertentu maka ia dinamakan bahar[59]
Selanjutnya Zamakhsyari memaparkan, bahwa bangun puisi Arab berdasarkan pada rima atau wazan yang indah terlepas dari kunci lagu atau bahar yang membatasi gubahan puisi itu sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Khalil  bin Ahmad al-Farahidi al-Azadi, ia adalah pencipta sekaligus penyusun disiplin Ilmu Arudh dan Qowafi dan menjadikan kedua ilmu tersebut mapan sebagi disiplin ilmu yang baku. Dengan demikian puisi menurut kebanyakan pakar sastra lebih merupakan kesatuan kata, yang tersusun secara ritmis yang mengandung arti, terlepas dari bungi bunyian burung. Diksi itu sendiri memiliki bentuk yang berbeda dalam penggunaannya diantara berbagai bangsa di dunia. Bangsa Arab akan berbeda lafal bahasanya dengan bangsa selain Arab. Seperti dengan bangsa indonesia, inggris, turki dan lain-lain, Sedang makna, rima dan ritme dalam puisi akan dimiliki oeh seluruh pujangga puisi di seluruh dunia, mereka memiliki kesamaan arti rima dan ritme dalam berpuisi.[60]

1.      Bentuk Puisi Arab
Bentuk puisi Arab berdasarkan pada rangkaian huruf muqotho’ah, yaitu huruf lam, mim, ain, ta, sin, ya, waw, fa, nun dan alif, seluruh huruf tersebut dikumpulkan dalam ungkapan  لمعت سيوفنا, [61] yang memiliki arati pedang-pedang kami telah mengkilat. Kemudian huruf-huruf tersebut di susun menjadi satuan suara wahdah shoutiyyah,  satuan suara tersebut terdiri dari  tiga prinsip dasar, yaitu ; sababani, watadani dan fashilatani.[62]
Sababani atau dua sabab yaitu sabab khafif dan sabab tsaqil. Sabab khafif adalah rangkaian satu huruf berharkat dan satu hurup mati sukun, contoh لم o/: , dan sabab tsaqil adalah susunan dua huruf berharkat seperti, أر //. Sedang watadani terdiri dari watad majmu dan watad mafruq. Watad majmu’ adalah susunan dua huruf berharkat dan satu huruf sukun, contoh :o//   على, dan watad mafruq adalah susunan dua huruf berharkat diantara keduanya terdapat satu huruf sukun, contoh : /o/ ظهر. Fashilatani terdiri dari fashilah shugra dan fasilah kubra. Fashilah sughra adalah susunan tiga huruf berharkat dan satu huruf sukun, contoh :  o/// جبلن, dan fashilah kubra adalah susunan empat huruf berharkat dan satu huruf sukun, seperti o//// سمكتن. Susunan kata-kata tersebut dikumpulkan dalam ungkapan  لم أر على ظهر جبلن سمكتن   o/ // o// /o/ o/// o////. Inilah yang di kenal dengan satuan suara wahdat sautiyah dalam puisi Arab. Selanjutnya satuan suara tersebut di susun menjadi taf’ilah yaitu kata yang diulang-ulang yang berdasarkan pada gabungan beberapapa satuan suara tadi. Taf’ilah ada delapan yaitu فعولن o/o// gabungan dari watad majmu’ dan sabab khafif, dan kebalikannya  فاعلن  o//o/ yaitu gabungan darp sabab khafif dan watad majmu.  مستفعلن o//o/o/ gabungan dua sabab khafif dan watad majmu’ dan kebalikannya مفاعيلن o/o/o// gabungan watad majmu’ dan dua sabab khafif. متفاعلن  o//o/// gabungan fshilah sughra dan watad majmu’, kebalikannya مفاعلتن  o///o// yaitu gabungan watad majmu’ dan fashilah sughra. فاعلاتن o/o//o/ gabungan dua sabab khafif dan diantara keduanya ada watad majmu’ dan مفعولات /o/o/o/ yaitu gabungan dua sabab khafif dan watad mafruk.[63]
 Taf’ilah tersebut di ulang-ulang dan membentuk kunci lagu yang di sebut bahar atau wazan.  Bahar ini dipelajari dalam ilmu perpuisian Arab dan di kenal dengan ilmu arudh, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang shahih atau tidaknya wazan suatu puisi. Gubahan puisi Arab biasanya dapat didendangkang sesuai dengan kunci lagu atau bahar tertentu. Bahar sendiri ada enam belas yaitu bahar thowil, basith, wafir, hajaz, rojaz, romal, kamil, khafif, mutadarik, madid, mudhari;, mujtats, muqtadhab, sari’i, munsarih dan mutaqarib.   
2.      Al-Buhur al-Syi’riyah (Kunci Lagu Puisi)
Bahar merupakan cara yang dipergunakan  dalam menggubah dan melagukan puisi Arab. Bahar bentuk tunggal dari kata jama Abhur  yang secara bahasa memiliki arti al-syaq pecah atau al-ittisa’ luas  laksana lautan, seperti dalam contoh:أي شقتها   بحرت أذن الناقة  telinga unta itu telah pecah. Sedang menurut istilah ulama Arudh bahar adalah pengulangan segmen berupa taf’ilah dengan maksud menggubah puisi, dis ebut bahar karena menyerupai lautan yang isinya tidak pernah habis-habisnya meski terus menerus dieksplorasi.[64] Taf’ilah dikenal dengan istilah arkan (anggota), Amtsilah (contoh), Auzan (timbangan) dan Afa’il yaitu bentuk plural dari kata taf’ilah.[65] Bahar seluruhnya ada enem belas dan terdiri dari tiga kelompok; (1) Bahar yang memiliki satu taf’ilah yang diulang-ulang, jumlahnya ada tujuh bahar,[66] (2) Bahar yang terdiri dari dua taf’ilah yang diulang-ulang ada dua,[67] (3) Bahar yang terdiri dari dua taf’ilah yang diulang-ulang dan salah satunya pada larik pertama, tidak di ulang pada larik kedua yaitu  empat bahar yang memiliki taf’ilaf di tengah tidak diulang-ulang, [68] satu bahar yang memiliki taf’ilah tidak diulang-ulang pada setiap larik,[69] dan ada bahar yang tiadak diulang-ulang diawal setiap lariknya yaitu ada dua bahar. [70]
Bahar yang enam belas itu memiliki berbagai makna antara lain:
1.      Bahar Wafir, ia memiliki wazan atau kunci lagu;
مفاعلتن مفاعلتن مفاعلتن @ مفاعلتن مفاعلتن مفاعلتن
 Taf’ilah tersebut terdiri dari gabungan watad majmu; dan fashilah sughra.  Bahar ini ada yang sempurna tamdan ada yang tidak sempurna majzu, yaitu dibuang satu taf’ilaf pada larik pertama (arudh) dan larik ke dua (dhorob).
 Arudh dan dhorob bahar wafir tam selamanya maqthufatani, yaitu  membuang sabab khafif dan mensukunkan huruf sebelumnya asalnya مفاعلتن menjadi فعولن. Sedang bahar wafir majzu taf’ilahny adalah
مفاعلتن مفاعلتن @ مفاعلتن مفاعلتن. Arudnya adalah shahih, dan dhorobnya adalah shahih dan ma’shub yaitu mensukunkan huruf kelima yang berharkat, asalnya مفاعلتن  menjadi مفاعيلن. Hasywu atau taf’ilah selain arudh dan dhorob bahar wafir biasanya terkena zihaf  ma’shub, makfuf yaiyu membuang huruf ke tujuh yang sukun.[71]

2.      Bahar Kamil, memiliki wazan berikut;
متفاعلن  متفاعلن  متفاعلن@ متفاعلن  متفاعلن  متفاعلن
Bahar kamil ada yang tam ada yang majzu. Bahar Kamil tam memiliki dua arudh, yaitu arudh shahih dan memiliki dua dhorob yaitu shahih dan maqthu’ atau membuang huruf akhir yang sukun pada watad majmu’ dan mensukunkan huruf sebelumnya, ada dhorob khazda yaitu membuang watad majmu yaitu membuang watad majmu, asalnya متفاعلن menjadi متفا diganti menjadi tafi’lah فعلن dan mudhmar mensukunkan kedua huruf hidup juga ada arudh khizda dhorobnya khizda dan khizda mudhmar. Sedang kamil majzu biasanya arudnya shahih dan dhorobnya ada yang shahih, tazdyil yaitu menambahkan satu huruf sukun asalnya متفاعلن menjad  متفاعلان, tarfil yaitu menambah sabab khafif asalnya متفاعلن  menjadi  متفاعلاتن dan pada hasywunya boleh menjadi tafilahمستفعلن، مفاعلن، متفاعلاتن، فعلاتن، مفعولن[72]
3.      Bahar Hajaz
Bahar ini memiliki kunci lagu sebagai berikut:
مفاعيلن مفاعيلن @ مفاعيلن مفاعيلن Bahar ini selamanya majzu, arudnya shahih dab dhorobnya shahih juga ada yang mahzduf yaitu membuang sabab khafif asalnya مفاعيلن  menjadi فعولن = مفاعي. Dan pada hasywunya boleh menjadi  مفاعيل، مفاعلن، فاعيلن [73]  
4.      Bahar Rojaz
Kunci lagu bahar ini adalah  tam, majzu, masytur dan manhuk
مستفعلن مستفعل مستفعلن  @  مستفعلن مستفعلن مستفعلن
مستفعلن مستفعلن @ مستفعلن مستفعلن
مستفعلن مستفعلن مستفعلن
مستفعلن مستفعلن
Arudh bahar rojaz tam adalah shahih dan dhorobnya shahu dan maqthu’, bahar rojaz majzu arud dan dhorobnya shahih, Arud dan dhorob bahar rojaz masythur adakalanya shahih juga maqthu’, dan bahar rojaz manhuk yaitu bahar yang dibuang dua pertiga tafi’lahnya, arudh dan dhorobnya shahih, sedang hasywunya terkena zihaf makhbun, ma’qul dan gabungan khoban dan thoy menjadi   ، مستفلن، متعلنمتفعلن.[74]
5.      Bahar Romal
Kunci lagu bahar Romal ada yang tam ada yang majzu, bahar romal tam terdiri dari wazan berikut:
فاعلاتن  فاعلاتن  فاعلاتن  @ فاعلاتن  فاعلاتن  فاعلاتن   
dan bahar romal majzu terdiri dari wazan berikut:
فاعلاتن  فاعلاتن @  فاعلاتن  فاعلاتن  
 Bahar  romal tam arudnya makhzduf dan dhorobnya ada yang makhzduf, shahih dan maqshur. Sedang arudh bahar romal majzu biasanya shahih dan dhorobnya ada yang shahih, makhzduf dan maqshur. Adapun hasywunya boleh    فاعلاتن، فاعلات، فاعلن، فعلن، فاعلان  فاعلاتان، فعلان، فعلاتان     [75]


6.      Bahar Mutaqarib
Bahai ini ada yang tam dan ada yang majzu, mutaqarib tam wazannya berikut ini :
فعولن  فعولن فعولن  فعولن @  فعولن فعولن فعولن فعولن 
Dan wazan bahar rmitqarib majzu sebagi baerikut :

فعولن فعولن فعولن @ فعولن فعولن فعولن
Kuncu lagu mutaqarib tam arudhnya adalah shahihah, dan dhorobny adalah shahih, maqshur, mahzduf dan abtar. Begitu pula hasywunya sama dengan dhorobnya.[76]
7.      Bahar Mutadarik
Bahar mutadarik terdiri dari yang tam dan yang majzu, mutadarik tam wazannya adalah:
فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن @ فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن  
Dan wazan bahar mutadarik majzu adalah:
فاعلن فاعلن فاعلن @ فاعلن فاعلن فاعلن
Arudh dan dhorob Mutadarik tam shahihah, arudh yang majzu adalah shahih dan dhorobnya ada yang shahih, mahbun dan muzdayyal. [77]
Ketujuh bahar di atas seluruhnya merupakan kelompok bahar yang memiliki tafilah satu yang diulang-ulang. Selanjutnya ada kelompok bahar yang memiliki dua taf’ilah yang di ulang-ulang yaitu bahar thowil dan bahar basith.
1.      Bahar Thowil
 Kunci lagi bahar thowil adalah :
فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن @ فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن
Arud bahar ini selamanya maqbudhoh, dan dhorobnya ada yang shahih, maqbudh dan makhzduf. Sedang hasywunya boleh maqbudh, makfuf, mahbun. [78]  
2.      Bahar Basith
مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن @ مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن
مستفعلن فاعلن مستفعلن @ مستفعلن فاعلن مستفعلن
Bahar tersebut terdiri dari bahar basith tam dan majzu, basirh tam memiliki arudh makhbunah dan dhorobnya ada yang makhbun dan maqthu’. Sedang bahar basith majzu arudnya shahihah dan dhorobnya ada yang shahih, muzdayyal dan maqthu’. Ada basith mukhoyala’  yaitu taf’ilahnya terkena zihaf khobn dan qothu’dan terjadi pada arudh dan dhorobnya. [79]Adapun kelompok bahar yang memiliki taf’ilah bermacam-macam penjelasannya berikut ini :
1.      Bahar Khafif
Kunci lagu bahar  khafif tam ini adalah :
 مستفع لن فاعلاتفاعلاتن @ مستفع لن فاعلاتفاعلاتن 
Dan ia memiliki dua arudh, yang pertama arudh dan dhorobnya shahihah, Arudh dan dhorobnya makhzdufah.Sedang kuci lagu bahar khafif majzu adalah
فاعلاتن مستفع لن  @ فاعلاتن مستفع لن  
dan ia memiliki arudh yang shahiah  sedang dhorobnya ada yang shahih dan ada yang maqshur.[80]
2.      Bahar Madid
Kunci lagu bahar ini adalah :
فاعلاتن فاعلن فاعلاتن @ فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
Ia memiliki tiga macam arudh, pertama shahihah begitupula dhorobnya, kedua arudh dan dhorobnya mahzdufah dan abtar, dan ketiga arudh dan dhorobnya makhzduf, makhbun dan abtar.[81]
3.      Bahar Munsarih
مستفعلن  مستفعلن مفعولات @ مستفعلن   مفعولات مستفعلن
  مستفعلن مفعولات@   مستفعلن مفعولات
Kedua kunci lagu tersebut adalah bahar munsarih tam, ia memiliki arudh shahihah dan dhorobnya ada yang mathwiy dan maqthu’. Dan munsarih manhuk memiliki arudh dan dhorob mauqufatani dan maksufatani.[82]
4.      Bahar Mudhori’
مفاعيلن فاع لاتن @ مفاعيلن فاع لاتن
adalah kunci lagu mudhari’ araudh dan dhorobnya makfufatani, [83]
5.      Bahar Sari
Bahar ini memiliki kunci lagu adalah :
مستفعلن مستفعلن مفعولات @ مستفعلن مستفعلن مفعولات 
  مستفعلن مفعولات مستفعلن  
ia terdiri dari sari tam dan sari masythur. Sari tam pertama memiliki arudh mathwiyah maksufah, dan dhorobnya mathwiy maksuf, mathwiy mauquf dan ashlam. Arudh ke dua makhbulah maksufah begitupula dhorobnya. Sedang Sari’ masythur  yang pertama arudh dan dhorobnya mauqufah dan arudh dan dhorob ke dua maksufatani.[84]
6.      Bahar Muqtadhob
مفعولات  مستفعلن @ مفعولات  مستفعلن
 adalah kunci bahar muqtadhob majzu selamanya dan arudh dan dhorobnya mathwiyatani.[85]
7.      Bahar Mujtats
Bahar mujtats memiliki kunci lagu berikut:
فاعلاتن لن مستفع @ فاعلاتن لن مستفع
dan memiliki arudh dan dhorobnya shahihani.[86] Jadi Bahar-bahar tersebut memiliki makna tersendiri sesuai dengan namanya dan kaitannya dengan perasaan tertentu dan tema-tema puisi itu sendiri, hal ini dapat di kaji lebih dalam pada penelitian lain.
Konsep Zihafat dan “Illat dalam puisi Arab
1.      Zihafat (tempo cepat)
Para ahli perpuisian dan persanjakan Arab memperkenalkan konsep zihafat yaitu perubahan yang terjadi pada hasyw larik puisi Arab biasanya, tetapi perubahan tema itu terjadi pula pada seluruh taf’ilah setiap bahar bahkan pada arudh dan dhorobnya. Zihaf tersebut terdiri dari dua bagian yaitu zihaf mufrod dan zihaf muzdawaj.
Zihaf mufrod adalah perubahan ynag terjadi pada taf’ilah dengan cara membuang dan mnesukunkan satu huruf tertentu. Jumlah zihaf tersebut ada sembilan yaitu;[87]
Idhmar yaitu mensukunkan huruf ke dua yang berharkat, contoh متفاعلن sukunkan huruf ت menjadi مستفعلن
Khabnun, membuang huruf ke dua yang sukun, contoh; مستفعلن  menjadi متفعلن
 Thoyu membuang huruf ke empat yang sukun, contoh;  
 مستفعلن  menjadi مستعلن
Waqsh, membuang huruf ke dua yang brharkat, contoh;  
متفاعلن  menjadi مفاعلتن  
Ashob, Mensukunkan huruf kelima yang berharkat, contoh; مفاعلتن  menjadi مفاعيلن
Qobdh, membuang huruf ke lima yang sukun, contoh;
فعولن menjadi فعول
Kaffu, membuang huruf ke tujuh yang sukun, cuontoh;
مستفعلن menjadi مستفعل
Aql, yaitu membuang huruf kelima yang berharkat, contoh; مفاعلتن menjadi  مفاعلن  
Adapun zihafat Muzdawjah (gabungan) adalah sebagai berikut:
1.     Khabl, yaitu gabungan dari khaban dan thoy, contoh; مستفعلن menjadi فعلتن
2.    Hazl, yaitu gabungan dari idhmar dan thoy, contoh ; متفاعلن   menjadi مفتعلن
3.    Syakl, yaitu gebungan dari khobn dan kaff, contoh ; فاعلاتن  menjadi فعلات   
4.    Naqsh, yaitu gabungan dari ‘ashob dan kaff, contoh; مفاعلتن menjadi مفاعيل
2.        Illah[88] menurut ketentuan ilmu arudh adalah perubahan taf’ilah yang menjadi arudh (ujung larik pertama) dan dhorob (ujung larik kedua), akan tetapi pada waktu yang bersamaan illah bisa menjadi zihaf dan sebaliknya. Illah ada dua macam yaitu illah ziyadah tambahan dan illah naqish pengurangan. Illah ziadah adalah sebagai berikut:
1.      Tazdyil, yaitu penambahan satu huruf sukun pada watad majmu’, contoh مستفعلن menjadi  مستفعلان
2.      Tarfil, yaitu penambahan sabab khafif pada akhir watad majmu, contoh; فاعلن menjadi فاعلاتن
3.      Tasbigh, yaitu penambahan satu huruf sukun pada akhir sabab khafif, contoh; فاعلاتن menjadi فاعلاتان
Adapun illah naqish adalah sebagai berikut :
1.      Qothfu, adalah gabungan ‘ashob dengan hazdf, contoh ;  مفاعلتن menjadi  فعولن
2.      Hazdfu,  adalah membuang sabab khafif, contoh ;  فعولن menjadi فعو
3.      Qothu’, adalah membuang huruf sukun pada watad majmu dan mensukunkan huruf sebelumnya, contoh; مستفعلن menjadi مفعولن
4.      Qoshru, adalah membuang huruf sukun pada sabab khafif, dan mensukunkan huruf sebelumnya, contoh; فاعلاتن menjadi فاعلان
5.      Abtar, yaitu gabungan qtho’ dan hazdaf, contoh; فاعلاتن menjadi فاعلن
6.      Hazdazd, adalah membuang watad majmu, contoh; متفاعلن menjadi  متفا= فعلن
7.      Sholm,  yaitu membuang watad mafruq, contoh ; مفعولات  menjadi فعلن
8.      Waqf, yaitu mensukunkan huruf ke tujuh yang berharkat, contoh;   مفعولات   menjadi مفعولان
9.      Kasf, adalah membuang huruf ke tujuh yang berharkat, contoh ; مفعولات   menjadi مفعولا 

F.        Ritme (Qafiyah) dalam Puisi Arab
Akhfas telah menjelaskan bahwa qafiyah atau ritme dalam puisi Arab adalah ujung kata terakhir dalam larik puisi, sedang menurut Khalil bin Ahmad, qafiayah adalah segmen akhir pada larik puisi dan diantara kata tersebut terdapat dua huruf sukun yang didahului oleh satu huruf hidup. Dengan demikian   qafiyah atau ritme puisi Arab ada yang setengah kata, satu kata, satu setengah kata dan dua kata.[89] Adapun prisip-prinsip dasar konsep tentang qafiyah atau ritme ini meliputi; kata-kata qafiyah atau ritme, huruf-hurufnya, harokat-harokatnya, genrenya, penamaannya dan uyub atau variasinya.
Kalimat Qafiyah  
Dalam puisi Arab di kenal dengan kalimat qafiyah atau kata ritme, yaitu ada yang terdiri dari:
1.      Setengah kata, contoh :
أبكى، وليس من البكاء وإن @ كان المصاب على القلوب جليلا
ليلا adalah qafiyah ritme yang terdiri dari setengah kata yang asalnya جليلا
2.      Satu kata, contoh:
أنا إن سالت القوم عني من أنا @ أنا مؤمن سأعيش دون مؤمن
 مؤمن adalah qafiyah atau ritme yang terdiri dari satu kata
3.      Satu setengah kata, contoh :
لغة الدما لغتي، وليس سوى الدما @ أنا عن فنون القول أغلقت الفما
ت الفما adalah ritme tyang terdiri dari satu setengah kata yang asalnya  أغلقت الفما
4.      Dua kata, contoh : من وفى
Huruf Qafiyah
Huruf qafiyah atau ritme seluruhnya ada enam yaiitu, rowi, washol,  khuruj, ridfu, ta`sis dan dakhil. Ketika huruf-huruf ini ada pada gubahan puisi berupa ode qashidah, maka seluruh gubahan puisi tersebut seluruh huruf akhirnya harus sama.
Rowi adalah huruf yang dijadikan pijakan suatu gubahan puisi Arab, dan gubahan puisi tersebut dinamakan atas dasar huruf tersebu, seperti mimiyah, nuniyah, daliyah dan sebagainya. Washol adalah huruf mad (alif, waw ya) yang keluar dari harkat rowi dan setelah ha washol. Khuruj adalah huruf yang muncul dari harkat ha washol. Sedang ridfu adalah harfu mad sebelum rowi, Ta`sis adalah alif sebelum dakhil dan dakhil itu sendiri adalah huruf yang berada di antara alif ta`sis dan rowi.[90]

Harakat Qafiya
Harakat atau bunyi vokal dan konsonan dalam qafiyah ada enem, yaitu majra, nafad, hazdwu, isyba’ dan rasy. Majra adalah harkat yang terletak pada huruf akhir qafiah yang tidak sukun, nafad adalah harkat ha wasl, hazdwu adalah harkat sebeklum ridf, isyba merupakan harkat dakhil dan rasy adalah harkat sebelum alif ta`sis.
Anwa qafiyah    
Anwa qafiyah atau  macam ritme secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu qafiyah muthlaqah dan qafiyah muqayyadah. Qafiyah atau ritme muthlaqah adalah ritme yang ujung hurufnya berharkat, ia meliputi enam bagian yaitu, qafiyah tanpa adanya hurf ta`sis dan ridf  disertai wasl, qafiyah dengan tanpa adanya ta`sis dan ridf disertai wasl ha, qafiyah yang memiliki alif ta`sisi disertai wasl mad, qafiyah yang disertai ta`sis dan washl dengan ha, qafiyah yang beridf dan berwashl dengan mad dan terakhir qafiyah yang beridf dan berwshl dengan ha.
Sedang qafiyah yang muqayyadah adalahh ritme yang huruf akhirnya tidak berharkat atau sukun, ia meliputi qafiah yang beridf, qafiyah yang berta`sis dan qafiyah muqayyadah yang tidak  terdapat ta`sis dan ridf.
Asma qafiyah  
Asma qafiyah atau nama-nama ritme dalam puisi Arab ada emapat nama yaitu, mutakawis, mutarakib, mutadarik, mutawatir dan mutaradif. Mutakawis adalah nama ritme dalam puisi Arab yang tersussun atas empat huruf yahg berharkan secara berturut-turut diantara kedua huruh sukun dalm ritme tersebut 0////0/. Mutarakib adalah setiap ritme yang memiliki tiga  huruf berharkat secara berturut-turut yang berada diantara kedua sukun 0///0/ . Mutadarik adalah setiap ritme yang yang tersusun dari dua huruf yang berharkat yang berada di antara dua sukun 0//0/. Mutarakib adalah setiap ritme yang tersusun dari satu huruf berharkat diantara dua sukun 0/0/. Mutaradif adalah setiap ritme yang tersusun dari dua sukun 00/.
Uyub qafiyah
Uyub qafiyah secara bahasa adalah ritme cacat, tetapi pada kenyataannya cacat ritme dalam puisi Arab ini merupakan perbedaan bunغi akhri dalam gubahan puisi yang kebanyakan dipergunalkan dalam menggubah puisi Arab modern. Varian ritme ada tujuh macam yaitu; Itho, tadhmin, iqwa, israf, ikfa, ijazah dan sinad.
 Itho adalah mengulang kata rawi dengan lafal dan maknanya yang tidak terpisah oleh satu katapun dan terus menerus hinggga minimal tujuh larik gubahan puisi.
Tadhmin adalah menghubungkan ritme ujung larik kedua pada shoda atau awal larik pertama. Hubungan kata tersebut adakalanya berupa jawaban atas pertanyaan dan katasumpah, khabar, fa’il shilah isim maushul, jar majrur, na’at, istisna dan lain-lain.
Iqwa adalah perbedaan harkat rowi mutlaq dengan harkat dhomah dan kasrah.
Ishrof adalah perbedaan harkat rowi fath dengan kasroh atau dhomah. Iqfa adalah perbedaan harkat rowi dengan huruf-huruf yang memeiliki makhraj yang berdekatan seperti lam dan nun. Ijazah adalah perbedaan huruf rowi yang memiliki makhraj berjauhan seperti lam dan mim. Sinad adalah perbedaan huruf dan harakat sebelum rowi. Ia meliputi sinad ridf, yaitu gubahan puisi arab yang salah satu hurufnya beridf tetapi bait yang lain tidak beridf. Sinad ta`sis yaitu salah satu ujung larik puisi ber-ta`sis dan yang lainnya tidak ber-ta`sis. Sinad isyba’ adalah perbedaan harokat dakhil seperti harkat dhomah dan kasrah. Sinad Hazdwi adalah perbedaan harkat sebelum ridf, seperti harkat fathah dengan kasrah dan harkat fathah dengan dhomah. Sinad taujih adalah perbedaan harkat sebelum rowi muqoyyad.
 Konsep tersebut di atas berlaku dalam menganalisi puisi Arab klasik miltazim yaitu gubahan puisi yang di bentuk oleh aturan yang mengikat berupa kaidah-kaidah arudhiyah dan qofiyah dalam perpuisian dan persanjakan Arab.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.   Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tahlil al-madhmun ‘contens analisys’, yaitu menganalisa isi atau batin puisi sekaligus efeknya, yaitu dengan cara mendeskripsikan aspek-aspek puisi berupa diksi, makna, rima dan ritme  yang terdapat dalam antolog diwan Abdullah Yusuf Al-Qordhowi.

B.       Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu buku “Diwan al-Duktur Yusuf al-Qordhowi Nafahât wa lafahât “ dan berbagai karya tulis mengenai Qordhowi, juga biografi Qordhowi yang dirujuk dari internet www.media.isnet.org/islam/qardhawi/qardhawi.html. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku rujukan yang berhubungan dengan teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, sosiologi sastra, stilistika, juga buku-buku tentang perpuisian dan persajakan Arab (Arudh dan Qowafi), serta berbagai informasi yang berhubungan dengan penelitian ini seperti laporan hasil penelitian ilmiah, tesis, desertasi dan lain-lain yang relevan.

C.       Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah puisi Abdullah Yusuf al- Qordhowii berupa enam tema nasyid dan seratus dua puluh dua larik.

D.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan (book survey) ini, terdiri dari beberapa tahap yaitu mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan kemudian diinventarisasi, diseleksi, diklasifikasikan dan terakhir dianalisis berdasarkan pendekatan sastra.


E.       Analisis Data
Analisis data  dalam penelitian tentang karakteristik literasi dalam antolog Abdullah Yusuf al-Qordhowi dilakukan dengan menggunakan cara deduktif (kulli) dan induktif (juz’i). Konsep-konsep dan teori-teori yang bersifat umum mengenai sastra dibahas dan diidentifikasi guna menganalisis aspek-aspek puisi berupa diksi, makna, rima dan ritme dalam antolog tersebut, dan akhirnya ditarik kesimpulan.

F.        Kesimpulan
Kesimpulan diambil dari berbagai analisis ringkas secara deduktif maupun induktif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masalah penelitian berupa temuan-temuan baru atau pengukuhan atas teori-teori yang sudah baku.














BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ANALISIS ASPEK-ASPEK PUISI DALAM ANTOLOG ABDULLAH YUSUF AL-QORDHOWI

A.  Kepenyairan Abdullah Yusuf Al-Qordhowi
Abdullah Yusuf al-Qordhowi lahir di Mesir, ia tumbuh di daerah pertanian, Semasa umur sepuluh tahun ia telah menghafah al-Quran, bacaanyanya sangat fasih dan baik, ia hidup dalam naungan, lantunan, hafalan, dan bacaan al-quran bersama keluarganya.[91]  Sebagai pemikir modern, serta aktif dalam berbagai bidang kehidupan, sosok yang sangat berpengaruh dalam wacana intelektual Islam kontemporer, berbagai kegiatan dakwah yang dituangkan dalam berbagai karya ilmiahnya. Di samping itu ia merupakan sosok penyair Islam yang kreatif dan produktif pada masa modern. Ia sangat fasih dan menciantai bahasa dan sastra Arab, memiliki kekuatan yang dalam ketika menggubah puisi Arab. Hal ini terbukti dengan adanya gubahan puisinya berupa diwan atau antolog yang dibukukan oleh Husni Adham Jarar (1985), Yaitu  suatu produk sastra yang memiliki nilai pragmatis dalam kehidupan. Sehingga karya sastra tersebut, mampu meninggalkan kesan yang dalam berupa ajaran moral, kritik sosial, kepahlawanan, kejiwaan dan lain-lain, pada penikmat, pembaca, pengkaji dan peneliti sastra.

B.  Analisis Anasyid dilihat dari Diksi, Makna, Rima dan Ritmenya
Anasyid bentuk plural dari nasyid yaitu karya sastra berupa puisi, Yang menggunakan diksi atau pilihan kata yang mebangkitkan kekuatan ruh. Kekuatan tersebut dianugrahkan Alloh kepada sipa saja yang Dia kehendaki, ia merupakan segmen terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan kekuatan ruh tersebut, suatu bangsa akan menjadi kuat dan akan terus didendangkan oleh genearsi bangsa tersebut, membuat jiwa para pendengarnya amat suka cita, memberikan pelajaran berharga bagi para generasi muda.
Apabila dinyanyikan atas dasar ketinggian dan kemuliaan, maka akan melahirkan kehidupan yang penuh dengan karunia dan akan menggerakan hati dan mengingatkan orang-orang yang lalai, Kata atau diksi dalam karya nasyid tersebut tidak mati atau kaku, tetapi ia  mampu mengekpresikan bahasa yang komunikatif dan nyanyian yang syahdu.[92] Dan Yusuf Qordhowi satu dari pilihan Tuhan yang mampu mengekpresikan diksi bahasa Arab melalui karya puisi berupa nasyid tersebut. Analisis nasyid tersebut sebagai berikut:

1.      Nasyid Pertama
يا شجون إشهدي
   مرحبـا بالـحراب                   مرحبا   بالسـجون
    /ە//ە  /ە// ە  ە                       /ە //ە   /ە // ە ە  
    فـاعلن    فـاعلان                 فـاعلن     فـاعلان      
    في  سبيل  الكتاب                     كل شيـئ يهـون 
    / ە//ە    /ە//ە ە                      / ە//ە    /ە // ە  ە        
    فـاعلن   فـاعلان                  فـاعلن    فـاعلان      
    إننـا    لانهـاب                    كل مـا يـوعدون
   / ە //ە    /ە//ە ە                    /ە//ە    /ە/ / ە  ە         
    فـاعلن    فـاعلان                فـاعلن     فـاعلان      
    كيف نخشى العذاب                 ومننـا   المنـون
    / ە//ە   /ە// ە/ە                    /ە//ە   /ە//ە / ە        
    فـاعلن     فـاعلان                فـاعلن      فـاعلان     
    حسبنـا   يـاسباب                أننـا   مـؤمنـون
    / ە//ە    /ە// ە ە                    / ە//ە    /ە //ە ە      
     فـاعلن      فـاعلان              فـاعلن      فـاعلان      
    نحـن  جند  الإلـه                 ولـه  مسلمــون
    / ە//ە  /ە// ە/ ە                    / ە//ە   /ە// ە  ە   
     فـاعلن   فـاعلاتن                فـاعلن     فـاعلان      
    همنـا  في رضـاه                   لاننـي  لا نخـون
    /ە //ە   /ە //ە/ ە                    / ە//ە   /ە//ە  ە              
    فـاعلن     فـاعلاتن             فـاعلن     فـاعلان      
    لا   نبالـي  سـواه              كائنـا  من  يكـون
    / ە//ە   /ە//ە / ە                  / ە//ە   /ە// ە  ە              
    فـاعلن     فـاعلاتن             فـاعلن    فـاعلان      
     فاقبسوا  من    هداه              ايهـا   الحائـرون
     / ە//ە      /ە//ە/ ە              / ە//   /ە// ە  ە 
     فـاعلن     فـاعلاتن             فـاعلن   فـاعلان      
    وانهضـوا  للحياة                 أيهـا  النـائمـون
    / ە//ە   /ە//ە / ە                 / ە//ە   /ە//ە  ە              
     فـاعلن      فـاعلاتن           فـاعلن     فـاعلان      
    يـا سجون اشهدي                قسوة      الظالمين
    / ە//ە   /ە//ە / ە                  / ە//ە   /ە // ە  ە              
     فـاعلن   فـاعلاتن             فـاعلن      فـاعلان     
    واذكـي     للغد                 صبر أهل   اليقين
    /ە//ە    /ە//ە/ە                  /ە//ە    /ە// ە  ە 
     فـاعلن    فـاعلاتن             فـاعلن    فـاعلان      
    فتيـة  المسجـد                  وحماة    العريـن
    /ە//ە  /ە//ە/ ە                    /ە//ە   /ە//ە  ە
     فـاعلن  فـاعلاتن              فـاعلن    فـاعلان     
    كلهـم      مقتد                 بالرسول     الأمين
   /ە//ە    /ە//ە/ ە                   /ە//ە   /ە//ە  ە 
    فـاعلن  فـاعلاتن              فـاعلن    فـاعلان      
    صـامد  مهتـد                  لا ولـن  يستقيـن
    /ە//ە  /ە//ە/ ە                    / ە//ە    /ە//ە ە
     فـاعلن   فـاعلاتن             فـاعلن     فـاعلان   
Qordhowi menggubah puisi ini pada tahun 1949 dengan tujuan untuk menandai momen ini, pilihan diksi penyair adalah inspiratif, lugas, simpel, jelas, tidak ambigu.
Makna yang terkandung didalamnya adalah perasaan penyesalan atas apa yang dirasakan manusia ketika menerima pederitaan siksaan dan cobaan yang amat pedih, kebanyakan mereka mampu bersabar ketika tertimpa bencana di dalam menjalankan da’wahnya, menyaksikan para anggota pergerakan Islam di penjara para musuh sesat, mereka sangat bergantung dan memegang teguh kebenara. Ini semuanya menunjukan makna yang dalam yang terkandung di dalam puisi berupa nasyid karya Al-Qordhowi.
Rima dalam puisi ini terdiri dari wazan
فـاعلن  فـاعلاتن  *   فـاعلن   فـاعلاتن، pada larik ke satu dan kedua dan memiliki kunci lagu atau bahar Mutadarik Majzu, yaitu yang setengah baitnya terpotong, kunci lagu tersebut biasanya didendangkan untuk tujuan semangat berjuang, bernyanyi, membangkitkan para prajurit, ketika turun hujan atau terjadi gencatan senjata dan perdamaian. Rima dan ritme puisi ini muzayyal yaitu ada tambahan satu huruf sukun setelah taf’ilah فـاعلن    + ن menjadi فـاعلان   .
Sedang ritme pada puisi ini seluruhnya terdiri dari setengah kata yaitu ; جون, هون, دون, نون, نون, مون, خون, كون, رون, مون, , ,مين قين, رين, مين dan قين, yang asal katanya berikut ini; بالسـجون, يهـون  , يـوعدون, المنـون, مـؤمنـون, مسلمــون, نخـون ,  يكـون, الحائـرون, النـائمـون, الظالمين, اليقين, العريـن, الأمين, يستقيـن, bunyi huruf akhir pada ritme puisi ini adalah nun, maka dinamakan dengan qasidah nuniyah. Ia merupakan rowi, yaitu pondasi bangun puisi yang memiliki kesaman bunyi dari bait pertama sampai bait akhir. Huruf waw dan ya sebelum nun rowi di sebut ridf, Nun sukun di sebut taujih, dan harokat sebelum nun dan ya ridf adalah hazwu yaitu harkat sebelum ridf. Jenis ritme ini adalah ritme muqoyadah wa mardufah, yaitu ritme yang berharkat sukun dan terdapat huruf ridf.  Nama ritme dalam puisi ini adalah mutaradif, yaitu ritme yang kedua huruf sukunnya bersatu. Adapun uyub atau variasi ritmenya adalah sinad al-ridfi, yaitu adanya perbedaan harokat sebelum ridf berupa harkat dhomah dan kasrah.

2.                         Nasyid Kedua
نشيد مسلمون
مسلمون   مسلمون   مسلمون        حيـث كـان الحق والعدل نكـون
/ ە//ە/ە  /ە//ە/ە   /ە//ە/ ە          / ە//ە/ ە  /ە//ە/ ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن   فـاعلاتن    فـاعلاتن   فـاعلاتن فـاعلاتن      
نرضي  الموت  ونأبا  أن نهون          في سـبيل الله مـا أحلى المنـون
/ ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە           / ە//ە/ ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن       فاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن                     
نحن صممـنا وأقسمنـا اليميـن       أن نعيـش  ونمـوت المنــون
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە               /ە//ە/ ە   /ە /ە/ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن      فـاعلاتن   فـاعلاتن  فـاعلاتن      
مستقيـن  على  الحق  المبيـن          متحديـن ضـلال المبطلـين
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە               /ە//ە/ ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن   فـاعلاتن    فـاعلاتن      
جـاهديـن أن يسـود المسلـمون
/ ە//ە/ ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن   فـاعلاتن    فـاعلاتن
          مسلمـون مسلمـون  مسلمـون
          /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە  / ە//ە/ ە              
نحن با الإسلام  كنا خير معشر         وحكمنا  باسمه  كسرى وقيصرة
/ ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە           /ە//ە/ە  /ە//ە /ە   /ە //ە / ە
فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن    فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن      
وزرعنا العدل في الدنيا  فأثمر           ونشـرنا   فـي الـور (الله أكبر)
/ە//ە/ە  / ە//ە/ە  / ە//ە/ ە       /ە//ە/ە  /ە//ە/ە   /ە//ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن     فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن
      
              فـاسألـوا إن كنتمـو  لا تعلمـون
                /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە / ە  
                فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن       
                           مسلمـو   مسلمـون  مسلمـون
              /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە              
سائلـوا التاريخ عنا  ما وعى      مـن  حمـى  حق   فقير  ضيعا؟
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە          /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە  /ە //ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن     فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن      
من للعلـم صرحـا  أرفعـا؟       من  أقـام   الديـن  والدنيا   معا؟
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە             /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  / ە //ە / ە
فـاعلاتن فـاعلاتن  فـاعلاتن       فـاعلاتن   فـاعلاتن فـاعلاتن      
                      سـائلـوه،  سيجيـب  المسلمـون
                          /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە/ە
                           فـاعلاتن فـاعلاتن  فـاعلاتن
                         مسلمـون   مسلمـون  مسلمـون 
                         /ە//ە/ە  /ە//ە/ە   /ە//ە/ ە
                          فـاعلاتن فـاعلاتن  فـاعلاتن
لإيمـان  أحيينـا  القلـوب          نحن با لإسلام حررنا الشعوب
/ە//ە/ە  /ە//ە/ ە  /ە//ە/ە             /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتنفـاعلاتن فـاعلاتن          فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن      
نحن بالقرآن  قومنـا  العيـوب   وانطلقنـا فـي الشمـال  والجنوب
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە            /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن      فـاعلاتن فـاعلاتن   فـاعلاتن    
                         ننشـر النـور  ونمحـو كـل هـون
                         /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە                                
                         مسلمـون    مسلمـون  مسلمـون
                           /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە / ە                                  
نحن بالأخـلاق نـورن الحيـاة    نحـن بالتـوحيد  أعلينـا الجبـاه
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە           /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن      فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن     
نحـن  بالبتـار أدبنـا  الطغـاه   نحـن  للحـق دعـاة ورعـاه
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە        /ە//ە/ە  /ە//ە/ە /ە//ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن      فـاعلاتن   فـاعلاتن  فـاعلاتن      
                         ذلكـم تـاريخنـا    يـاسـائلـون
                        /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
                        فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن              
                        مسلمـون  مسلمـون مسلمـون                 
                        /ە//ە/ە  /ە//ە/ە   /ە//ە/ ە   
                              فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن            
يا أخـي في الهند أو فـي المغرب    أنـامنك, أنت منـي, أنت بـي
/ە//ە/ە /ە//ە/ە /ە//ە / ە             /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن     فـاعلاتن  فـاعلاتن   فـاعلاتن      
لا تسل عن عنصـري عن نسبـي     إنـه الإسـلام  أمـي وأـبي
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە              /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن        فـاعلاتن  فـاعلاتن فـاعلاتن      
                          إخـوة   نحـن  بـه  مـؤتلفـون
                          /ە//ە/ە  /ە//ە/ە /ە//ە / ە
                          فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن        
                         مسلمـون  مسلمـون مسلمـون                  
                        /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە   /ە//ە / ە
                          فـاعلاتن  فـاعلاتن   فـاعلاتن         
قـم نعد عدل الهـداة  الراشديـن   قـم نصل  مجد الأبـاة الفاتحيـن
/ە//ە/ە   /ە//ە/ە /ە//ە/ ە          /ە//ە/ ە   /ە//ە/ە  /ە//ە/ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن      
شقـي  النـاس  بديدنيـا دون ديـن   فلندهـا رحمة للعلميـن
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە               /ە//ە/ە /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن      
لا تقـول كـيف؟  فـإنـا مسلمـون
                       /ە//ە/ە   /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە 
                       فـاعلاتن  فـاعلاتن   فـاعلاتن
                     مسلمـون   مسلمـون  مسلمـون
                     /ە//ە/ە  /ە//ە /ە  /ە//ە / ە
                     فـاعلاتن   فـاعلاتن  فـاعلاتن
يـا أخـا الإسـلام فـي كل مكان قـم نفك القيـد  قد  آن  الآوان

/ە//ە/ە  /ە//ە/ە   /ە//ە/ە          /ە//ە/ە  /ە//ە/ە   / ە //ە / ە
 فـاعلاتن   فـاعلاتن فـاعلاتن     فـاعلاتن فـاعلاتن  فـاعلاتن      
واصعد الربـوة  واهتف بالأذان        وارفع  المصحف دستور الزمان
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە               /ە//ە/ە  /ە //ە/ە  /ە//ە / ە
فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن         فـاعلاتن فـاعلاتن  فـاعلاتن      
                       وامــلأ   الآفــاق  إنـا  مسلمـون
                        /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
مسلمـون  مسلمـون مسلمـون حيث كـان الحـق والعدل نكـون
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە           /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ ە
فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن    فـاعلاتن   فـاعلاتن   فـاعلاتن      
نرتضي المـوت ونأبـى أن نهون    فـي سبيل الله  ما أحلـى المنـون
/ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە/ە          /ە//ە/ە  /ە//ە/ە  /ە//ە / ە
  فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن     فـاعلاتن  فـاعلاتن  فـاعلاتن Qordhowi menggubah puisi ini dalam kondisi putus harapan di kalangan dunia Islam, masa tersebut menjadikan para pemuda muslim tertindas dan bingung.  Dengan diksi yang kuat, jelas  padat Qordhoqi mendendangkan puisi ini pada tahun 1383H, dengan tujuan memberikan pengrajaran bagi para pemuda muslim, dengan memandang penting kehendak bangsa Arab dan mempersatukan umat Islam di bawah panji Islam. Makna Puisi ini mampu membangunkan orang-orang yang terlena dan mengingatkan orang-orang yang lalai serta mengabaikan orang-orang yang menginginkan konplik. Pada tahun 1982, pengantar dan pemaparan puisi ini dikumpulkan dalam buku “Anasyid al-Da’wah al-Islamiyah”Nasyid Da’wah Islam.
            Rima  dalam nasyid ini menggunakan wazan
فـاعلاتن فـاعلاتن فـاعلاتن  * فـاعلاتن   فـاعلاتن  فاعلاتن, terdiri dari enam taf’ilah, tiga taf’ilah pada larik satu dan dua, kunci lagunya dalah bahr Romal, Arudh nasyid ini adanya shahih, maqtu’ah yaitu membuang huruf sukun akhir sabab khafif dan mensukunkan huruf sebelumnya. Sedang dhorob atau ritmenya seluruhnya muqtu’. Bentuk nasyid ini di sebut juga puisi Murobba’, yaitu gubahan puisi yang di bangun atas empat larik tertentu yang memiliki ritme atau bunyi akhir sama, munsyatir yaitu larik puisi  yang hanya terdidi dari satu syatar.   
            Ritme pada nasid ini adalah muzdawj variatif, artinya huruf akhir pada puisi ini tidak sama tetapi bermacam-macam sesuai dengan kelompok murobba’ dan munsyatir. Dan uyub ritmenya adayang iqwa, ishraf dan sinad hazdwi
3.      Nasyid ke-Tiga  
نشيد العودة
 أنا عائد أقسمت  أني عائد             والحق  يشهد لي,  ونعم  الشاهد
///ە//ە ///ە//ە /// ە //ە              ///ە //ە  ///ە // ە /// ە //ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن     متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
ومعي القذيفـة والكتاب الخالد         ويقـودونـي الإيمان, نعم  القائد
///ە//ە  ///ە//ە /// ە//ە                ///ە//ە  ///ە // ە ///ە//ە
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن               
أنا قد مللت الشعر يندب نكبتي            ورفضتأس مع غيرشع ر لثورة
///ە//ە  ///ە//ە /// ە//ە                ///ە//ە  ///ە//ە  /// ە //ە
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن    متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن             
فدعوا النحيب, قليس يرجع بلدتي        إلا زئيـر النـار يوم الغارة
///ە //ە ///ە // ە /// ە //ە             ///ە//ە ///ە //ە /// ە//ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن      متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
لغة الدما لغتـي, ويس سوىالدما      أنا عن  فنون القول  أغلقت  الفما     ///ە //ە  ///ە // ە /// ە //ە            ///ە //ە ///ە // ە /// ە //ە   
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن           
وتـركت  للرشاش أن  يتكلمـا       ليحيـل أكـار لعدو  جهنمـا
///ە//ە ///ە//ە ///ە//ە                  ///ە//ە ///ە// ە  ///ە//ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن     متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
صنم المخاوف والهوى حطمته          ورتيب عيشـي  عفته وسئمته
///ە//ە ///ە//ە /// ە//ە              ///ە//ە  ///ە//ە ///ە //ە               
متـفاعلن متـفاعلن  متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
والحدق في الصدري المغيظ كتمته      حتـى  ينفس عنه ما صممته
///ە//ە ///ە//ە ///ە//ە                ///ە//ە ///ە// ە ///ە//ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن    متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
يا ثالث الحـرمين ياأرض الفدا        آليتت أجعل منك  مقبـرة العدا
///ە//ە  ///ە//ە ///ە//ە              ///ە//   ///ە//ە  ///ە //ە               
متـفاعلن  متـفاعلن متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
دقتت الـرادى إن لم أعد لك سيدا  طعم الترادى دون الحياة مشـردا
///ە//ە  ///ە//ە ///ە//ە               ///ە//ە  ///ە// ە ///ە //ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
أنا لا أهـاب  الموت إن هو أفبلا     بل أستحث لـه خطـاي  مهرولا
///ە//ە ///ە// ە /// ە //ە            /ە /ە// ە ///ە // ە  /// ە //ە               
متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن       متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
فهـو السبيل لنصر شعب  بتلـى      ووراءه  الفردوس طابب  منزل
///ە//ە  ///ە//ە  ///ە //ە              ///ە//ە  ///ە// ە  ///ە//ە               
متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن      متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
يا إخوتـي هبـوا ليـوم الموعد       هذا يدي,  فضعـوا يدكم في يدي
   ///ە//ە  ///ە//ە  ///ە//ە             ///ە//ە  ///ە//ە   ///ە //ە              
متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن      متـفاعلن  متـفاعلن متـفاعلن
لاتذكـروا لي الأمس نحن مع الغد       ولنـا صـلاح قدوة،   فلنقتد
///ە //ە ///ە // ە  /// ە //ە            ///ە //ە ///ە // ە /// ە //ە               
متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن    متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
            Tema Nasyid ini kembali ke Palestina, Diksi dalam puisi ini jelas lafalnya, singkat, tidak berbelit-belit. Makna yang terkandung dalam puisi ini sebagaimana Qordhowi menggubahnya bibarengi keyakinan Islam yang dalam, dengan menggunakan kata pilihan untuk mendorong para pemuda kembali dan belajar untuk menolong yang lain, dan orang-orang-orang yang telah kembali dari peperangan menyanyikan nasyid ini. Sebab menurut pandangan Qordhowi kembali ke Palestina merupakan kewajiban bagi  orang mu`min, dan tuntutan ke-Tuhan-an dan kemanusiaan,  sebagaimana dicontohkan oleh Rasul SAW.  kembali dengan kemenangan. Qordhowi  menyusun nasyid ini  pada tahun 1384 H ketika keluarga syahid Abdul Qodir al-Husaini mendirikan sekolah Sastra bidang puisi, yaitu kota Palestina yang telah diduduki Zionis Israel. Kemudian ia menerbitkan majalah yang memberikan informasi yang dipublikasikan oleh Fakultas Agama Universitas Dauhah pada tahun 1385 H. Dan publikasi tersebut di muat dalam buku Anasyid al-Da’wah al-Islamiyah tahun 1982 M.
Rima dalam puisi ini memiliki wazan atau kunci lagu berikut:
متـفاعلن  متـفاعلن   متـفاعلن    متـفاعلن  متـفاعلن  متـفاعلن
 Yaitu kunci lagu bahar kamil tam yaitu kunci lagu yang paling sempurna berupa rangkaian tujuh hurf taqti’  yang layak dipandang tema yang paling banyak mengandung informasi dan lebih baik dari pada essay kebanyakan, serta lebih mendekati kehalusan makna dan menggugah rasa.        
 Rima atau arudhnya ada yang  shahih ada pula yang mudhmar yaitu membuang huruf kelima yang sukun, dhorob atau qafiahnya juga shahih dan mudhmar, begitupula dengan hasywunya,
Ritme dalam puisi ini terdiri dari setengah kata, satukata dan saaatu setengah kata, satu kata dan satu setengah kata, ia merupakan ode campuran qashidah muzdawajah. Nama ritme dalam puisi ini adalah mutawatir, sebagian anwanya beridf dan dan ada washolnya, sebagian larik lainnya anpa ridf dan uyubnya adalah sinad ridf sebagian larik ber-ridf dan yang lainnya tidak ber-ridf.    
4.      Nasyid ke Empat
فتى القرآن
انـا إن سالت القوم عني من أنـا   أنـا مؤمـن سأعيش دوما مؤمنـا
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە//ە            /ە/ە //ە  /ە/ە//ە  /ە/ە //ە          مستفعلن مستفعلن  مستفعلن        مستفعلن  مستفعلن مستفعلن
فليعلـم الفجـار أنـي هاهـنـا  لن انحنـي  لن أنثنـي، لن أركنـا  /ە/ە//ە  /ە /ە//ە  /ە/ە//ە          /ە/ە//ە  /ە/ە //ە   /ە/ە //ە 
مستفعلن مستفعلن مستفعلن         مستفعلن  مستفعلن مستفعلن       
إنـي رأيـت الله فـي اكـوانه     وسمعت صوت الحق فـي قرآنـه
/ە /ە//ە /ە/ە //ە /ە/ە//ە            /ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە //ە
مستفعلن مستفعلن مستفعلن           مستفعلن مستفعلن  مستفعلن               
ولمست  حكمتـه وفيض حنانـه     سيـرة  المختـار فـي إيمـانـه     /ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە//ە              /ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە //ە
مستفعلن مستفعلن  مستفعلن           مستفعلن مستفعلن  مستفعلن                
أنـا مسلـم هل تعرفون المسلما؟  أنـا هذا الكـون غن هـو أظلـما
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە//ە             /ە/ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە //ە         مستفعلن مستفعلن  مستفعلن           مستفعلن مستفعلن مستفعلن                أنا في خليقة رأي من يشكوالظما     وإذادعا الاعي أنا حامي الحمـى
/ە/ە//ە  /ە/ە //ە  /ە/ە//ە            /ە/ە//ە   /ە/ە//ە   /ە /ە //ە                
مستفعلن  مستفعلن  مستفعلن         مستفعلن  مستفعلن  مستفعلن
أنا مصحف يمشي واسلام يـرى    أنـا نفحة علـوية  فـوق الثـرى
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە//ە            /ە/ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە //ە                
مستفعلن  مستفعلن  مستفعلن          مستفعلن مستفعلن  مستفعلن
أنا من جنـود الله حزب محمد        وبغيـر هدي  محمد  لا أهبـدي
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە//ە              /ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە //ە        مستففعلن مستفعلن مستفعلن            مستفعلن مستفعلن  مستفعلن                حاشـاي أن أضغـي لدعوة ملحد     وأنـا فتـى القرآن وابن المسجد!!
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە//ە                /ە/ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە //ە      مستفعلن  مستفعلن  مستفعلن             مستفعلن مستفعلن  مستفعلن               
أنا كوكب يهدي القوافل في ال     سرى وأنـا الشهـا بإذا رأيت المنكـرا
/ە/ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە //ە              /ە/ە//ە  /ە/ە//ە  /ە/ە //ە  
مستفعلن مستفعلن  مستفعلن              مستفعلن مستفعلن  مستفعلن            
مالـي سوى نفس تغز على الشرا     قـد بعـتها لله, واللـه اشتـرى
/ە /ە//ە  /ە/ە//ە   /ە/ە //ە         /ە/ە//ە   /ە/ە//ە  /ە /ە //ە   مستفعلن  مستفعلن مستفعلن         مستفعلن مستفعلن  مستفعلن
             Diksi dalam puisi ini jelas, bahasanya sederhana dan padat. Qordhowi mendendangkan puisi ini dengan tujuan untuk menambah pembelajaran terhadap ruh,  melatih jiwa, hati menjadi peka, motifasi untuk beramal saleh, taat pada Allah, ia juga melatih untuk mempelajari al-Quran, dan berjuang untuk mengajak pada ajaran islam dan Qoran sendiri sebagai cahaya, petunjuk kekuatan pencerahan bagi para pemuda Islam dalam berjuang di jalan Allah.
 Rima puisi ini memiliki rumus atau kunci lagu sebagai berikut :
مستفعلن مستفعلن مستفعلن * مستفعلن مستفعلن مستفعلن
Kunci lagu ini, disebut bahar basith, ia memiliki rima dan ritmenya shahih yaitu lengkap seluruh lariknya,  sedang hasywu atau tafi’lah selain arud dan dhorob  terkena zihaf thoy dan khoban.
Ritme nasyid ini terdiri dari satu kata dan satu setengah kata, rawinya huruf  nun, ro, dal dan mim, ia merupakan qashidah muzdawajah, anwa nasyid ini tanpa ada ridf dan ta’sis disertai washal, asmanya adalh mutadarik, dan uyubnya, adalah iqwa, ijazah.
5.      Nasyid Ke-Lima
الله أكبر
اللـه أكبـر، أللـه  أكـبـر          تسبيـحـة  الـعابد  المطهـر
/ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە                  /ە/ە  /ە/ە   /ە/ە  /ە /ە    
   فعلن فعولن فعلن  فعولن              فعلن   فعولن  فعلن  فعلن
اللـه  أكبـر، أللـه    أكبر             أنشـودة   الفـاتح   المظفـر
   /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە             /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە    /ە /ە    
   فعلن  فعولن فعلن فعولن            فعلن فعولن  فعلن   فعلن
 اللـه أكبـر،  أللـه  أكبـر        بهـا دكـاكنـا حصون  خيبـر
    /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە          /ە/ە  //ە/ە   /ە/ە   /ە /ە
    فعلن فعولن فعلن فعولن             فعلن  فعولن فعلن  فعلن
     اللـه أكبـر، ألله أكبر             بهـا ورثنـاكسرى وقصير
   /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ ە         /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  /ە /ە
    فعلن فعولن  فعلن  فعولن          فعلن  فعولن  فعلن فعلن اللـه أكبـر،   أللـه  أكبـر              ومـا سـوى اللـه فهو اصغر
    /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە          /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە   /ە /ە
    فعلن  فعولن  فعلن   فعولن        فعلن   فعولن  فعلن   فعلن   
                        اللـه  أكبـر،  اللـه  أكبـر
                        /ە/ە  //ە/ە /ە/ە  //ە/ە
                        فعلن فعولن  فعلن فعولن
فـي مطلع الفجـر فـي المساء     في الظهر في العصر في العشاء
 /ە /ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە             /ە /ە  //ە/ە  /ە/ە   /ە /ە
فعلن   فعولن  فعلن   فعولن           فعلن   فعولن  فعلن   فعل
نقـرب  الأرض   للسـماء           مـرديـن  أقـوى نـداء
/ە/ە  //ە/ە   /ە/ە  //ە/ە               /ە/ە  //ە/ە   /ە/ە  /ە/ە
    فعلن  فعولن  فعلن  فعولن          فعلن  فعولن  فعلن   فعلن                         
                        اللـه  أكبـر  اللـه  أكبـر
                       /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە
                       فعلن  فعولن  فعلن  فعولن
عند التنـادي  إلـى  الجهـاد         يـوم  التلاقـي  مع الأعـادي
    /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە             /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  /ە /ە
    فعلن  فعولن  فعلن  فعولن          فعلن  فعولن  فعلن  فعلن
فـوق  الروابـي وفي الوهاد             نـزلـزل  الأرض إذا تنـادي
   /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە              /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  /ە/ ە
    فعلن  فعولن  فعلن  فعولن           فعلن  فعولن  فعلن  فعلن
                        اللـه   أكبـر   اللـه  أكبـر
                       /ە/ە  //ە/ە  //ە /ە  //ە/ە 
                       فعلن  فعولن فعولن  فعولن
أول صـوت لدى الوليـد           اللـه  أكبـر، أللـه   أكبـر
    /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە          /ە/ە   //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە  
    فعلن فعولن  فعلن فعولن            فعلن  فعولن فعلن   فعلن    
بدء  الصلاة  نـور الوجـود           اللـه  أكبـر،  أللـه   أكبـر
     /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە           /ە/ە  //ە/ە   /ە/ە  //ە/ە  
    فعلن   فعولن   فعلن  فعولن        فعلن   فعولن   فعلن فعلن
عند  الـركـوع، عند السجود           اللـه  أكبـر،  أللـه   أكبر
   /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە   //ە/ە             /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  /ە /ە
    فعلن  فعولن  فعلن  فعولن          فعلن   فعولن   فعلن  فعلن      
                         اللـه  أكبـر،   أللـه   أكبـر
                        /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە  //ە/ ە          
                         فعلن  فعولن  فعلن  فعولن    

Nasyid ini digubah oleh al-Qordhowi pada tahun 1402 H. Diksinya ringkas, simpel dan padat, ia mengandung makna yang dalam dan kuat, sebab kata takbir bagi kaum muslimin merupakan kalimat yang agung dan penuk dengan kedalama makna kebesana Alloh, yaitu guna menyeru kaum muslimin dan seluruh mujahiin supaya bersegera menghapuskan dan menolak kezaliman, seruan takbirpun dipergunakan ketika mendirinkan sholat dan penyemanga ketika terjadi pertempuran, menciutkan orang-orang kafir, menjadi serangkaian tasbih dalam beribadah, senandung bagi para pemenang dan pertolongan atas orang-orang lalai.
Rima dalam puisi ini adalah berbahar mutaqorib dengan kunci lagu: فعلن فعولن فعلن فعولن * فعلن فعولن فعلن فعلن, puisi ini sangat layak didendangkan denag cepar, semangat dan dialogis. Arudh dan dhorobnya seluruhnya tasy’its , dan bentuk puisi takhmis, yaitu setiap lima larik puisi diselinga setengah larik puisi lainnyaan berbeda bunyi akhir setiap lariknya. 
Ritme atau qofiyah puisi ini terdiri dari satu kata dan setengah kata, ia merupakan qashidah muzdawajah yaitu bermacam-macan bunyi akhirnya, uyubnya.  

6.      Nasyid ke-Enam
أنا المسلم (نشيد لشباب الصحوة الإسلام)
أنـا المسلم لا أرجـو            ولا أخـشى سوى ربي
 //ە /ە/ە  /ە /ە /ە                //ە/ە /ە    / /ە /ە /ە
فعولـن  فعلـن فعلن              فعولـن فاعلـن  فعلن            
 عزيز  النفس لا  أحني             لغير  الله  من صلـب
/ /ە/ە /ە  //ە /ە /ە               //ە/ە  /ە/ /ە  /ە /ە
فعولـن  فعلـن فعلن             فعولـن فاعلـن  فعلن                 
سليم   القلب لا  أحمل            للـناس سـوى الحب
//ە /ە  /ە //ە /ە /ە               /ە /ە  //ە /ە  /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن             فعولـن فاعلـن  فعلن           
عزيز الدمع في المحرا                ب, ليث الغاب في الحرب

  //ە/ە /ە //ە  //ە /ە                //ە/ە   /ە//ە  /ە /ە  
   فعولـن  فعلـن   فعلن            فعولـن فاعلـن  فعلن           
   أنا   درع   لأوطـان              أنا حامي حمى الشعب
  //ە/ە   /ە//ە  /ە /ە                  //ە/ە  /ە//ە    /ە/ە      
  فعولـن  فعلـن فعلن              فعولـن  فاعلـن  فعلن           
                   أنا المسـلم أنا المسـلم 
                   //ە/ە /ە/ە  //ە/ە /ە/ە          
                   فعولن فعلن فعولن فعلن
أنا المسلم  دسـتوري             ومنهاجـي كـتاب  الله
//ە/ە  /ە//ە  //ە /ە               //ە /ە   /ە//ە   /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن             فعولـن فاعلـن  فعلن           
وفـائد  دربي الهـادي           محمدنا رسول الله
//ە /  //ە/ە   /ە/ە                //ە/  // ە/ە   /ە /ە      
فعولـ   فعلـن   فعلن               فعولـ  فعلـن  فعلن           
وداري موطن الإسـلا             م, مـا دوى نداء الله
//ە/ە  /ە//ە  /ە/ە                   / /ە/   /ە//ە    /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن               فعولـن  فاعلـن  فعلن           
وأهلي أمـة  الإسلا               م, هم حزبي وحزب الله
//ە/ە  /ە//ە  /ە/ە                   //ە/ە    /ە//ە    /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن               فعولـن  فاعلـن   فعلن           
وزادي  بعد تـوحيدي             ونعم الـزاد تقوى الله
//ە/ە   /ە//ە   /ە/ە                 //ە/ە   /ە//ە  /ە/ە 
فعولـن  فعلـن فعلن               فعولـن فاعلـن  فعلن                 
                   أنا المسـلم أنا المسـلم 
                   //ە/ە  /ە/ە //ە/ە /ە/ە          
     
                فعولن فعلن فعولن فعلن
أنا بالعـدل  والإحسـا              ن  مـأمـور وأمــار
//ە/ە  /ە //ە  /ە /ە                   //ە/ە   /ە//ە  /ە/ە      
فعولـن  فعلـن فعلن               فعولـن فاعلـن  فعلن           
أنا نبـغ لكـل الـنا                 س بالخيـرات فـوار
//ە/ە  /ە//ە /ە/ە                     /ە/ە  /ە//ە  /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن              فعولـن فاعلـن  فعلن            
رحيم القلب, لكنـي               على الطاغيـن جبـار
//ە/ە  /ە//ە   /ە/ە                  //ە/ە   /ە//ە   /ە/ە
فعولـن  فعلـن فعلن              فعولـن فاعلـن  فعلن                 
أنا  كالماء رقـراق                 أنا  كا لسيف  بـتار
//ە/ە  /ە//ە  /ە/ە                 //ە/ە  /ە//ە  /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن             فعولـن فاعلـن  فعلن           
أنـا نجـم أنـا رجم                 أنا نـور أنـا  نـار
//ە/ە /ە//ە  /ە /ە                    //ە/ە  /ە//ە  /ە /ە 
فعولـن  فعلـن فعلن               فعولـن فاعلـن  فعلن                
                   أنا المسـلم أنا المسـلم    
                   //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە          
                    فعولن فعلن فعولن فعلن
أنا   المسلم  قلبي  خا          فق  دوما    بحب   الله
//ە/ە  /ە//ە   /ە /ە          //ە/ە   /ە//ە    /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن        فعولـن فاعلـن  فعلن          
وأقوالي  وأعمالي               أعطرها بذكر    الله
//ە/ە   /ە//ە   /ە/ە          //ە/ە   /ە//ە    /ە/ە      
فعولـن  فعلـن فعلن        فعولـن فاعلـن  فعلن            

فباسم  الله  أبدؤهـا             وأختمهـا  بحمد الله
//ە/ە  /ە //ە  /ە /ە              //ە/ە  /ە/ /ە  /ە /ە      
فعولـن  فعلـن فعلن            فعولـن فاعلـن  فعلن           
وهمي في الحياة هدا                ية الدني ا لدين   الله
//ە/ە  /ە//ە  /ە /ە                //ە/ە   /ە//ە   /ە/ە      
فعولـن  فعلـن فعلن            فعولـن فاعلـن  فعلن           
فعيشي, إن أعش لله              وموتي في سبـيل لله
//ە/ە   /ە//ە   /ە/ە              //ە/ە   /ە//ە   /ە/ە      
فعولـن  فعلـن فعلن            فعولـن  فاعلـن  فعلن
             أنا المسـلم أنا المسـلم
              //ە/ە  /ە/ە  //ە/ە  /ە/ە          
             فعولن فعلن فعولن فعلن
Qordhowi mendendangkan nasyid ini pada tahun 1402 H, dengan tujuan menyambut kunjungan kaum muslimin dalam menyerukan kebaikan dan keberkahan, juga mengajak para pemuda muslim untuk memulai dan mengenal Islam sebagai jalan dan kehidupan  dan menyerukan untuk menjadikan hukum Islam adalah hukum yang paling pentig. Muslim telah menjadikan Al-Quran sebagai undang-undang dan jalan dan pembawa Kitab Suci tersebut yaitu Rosululloh SAW dan telah dianugrahkan kenikmatan dengan bekal taqwa ke pada Alloh.
Rima atau arudh dalam puisi ini mengunakan kunci lagu bahar Mutaqorib فعولـن فعلـن فعلن *  فعولـن فاعلـن  فعلن, arudh dan dhorobnya seluruhnya tasy’its yaitu membuang awal watad majmu asalnya فعولـن menjadi فعلن.
Ritme atau qafiyah dalam nasyid ini adalah berbeda bunyi akhirnga muzdawajah sebab  ia merupakan gubahan puisi takhmis yaitu lima larik puisi tersebit diselingi setengah larik puisi yang berbeda.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang Karakteristik Literasi puisi dalam Antolog Abdullah Yusuf Al-Qordhowi, dapat ditetapkan kesimpulan sebagai berikut:
1.    Diksi dan struktur puisi Al-Qordhowi singkat, rasa bahsanya dalam, imajinasinya inspiratif, ungkapannya jernih, bentuknya indah, penjelasannya tidak berbelit, untaian katanya kuat, pernyataannya jelas, sedikit kata ambigu, jauh dari kekeliruan, susunannya baik selaras dengan mengusung makna sebenarnya,  ada tambahan kata-kata asing, ringan gaya bahasanya dan padat, penciptaan puisi yang mempesona serta banyak macam bentuknya.
2.    Makna puisi Al-Qordhowi sanagat dalam dan mengusung nilai-nilai kemanusian, deskripsi ajaran Islam, berbicara mengenai penderitaan manusia, menyerukan untuk melenyapakan kezdaliman, memperbaikai kerusakan, berjuang pada koridor Islam dan wajib menggunakan manhaj Islami,
3.    Rima pada puisi Al-Qordhowi  variataif, terlihat dari karyanya berupa nasyid tersebut diantaranya, memiliki kunci lagu yang bermacam-macam, seperti kunci lagu bahar mutadarik pada nasyid pertama dan ke lima yaitu “ Ya Sujun Isyhadi dan Allohu Akbar”, Bahar Romal yaitu puisi ke dua dengan judul Nasyid Muslimun , Bahar Kamil seperti pada puisi ke tiga “ Nasyid al Audah “, bahar Rojaz   pada puisi ke empat “ Fata Al-Quran”, dan bahar mutaqarib pada puisi ke enam dengan judul “Ana Al-Muslim” di samping itu adapula tang berbentuk takhmis seperti pada nasyid ke lima dan ke enam.
4.    Ritme atau qafiyah dalam puisi Al-Qordhowi adalah sebagai berikut; nasyid ini kebayanyakan terdiri dari setengah kata,seperti dalam nasyid pertama,  pada nasyid kedua ada yang terdiri dari setengah kata, satu kata, satu setengah kata, pada nasyid ketiga kebanyakan lariknya terdiri dari satu kata, dua kata dan ada satu setengah kata, ritme nasyid keempa tsatu kata dan satu setengah kata, nasyid kelima terdiri dari satu kata dan setengah kata dan ritme pada nasyid keenam terdiri dari satu kata dan setengah kata. Huruf, harakat, anwa’, asma  dan uyub dalam nasyid tersebut bervariasi.


B. Saran dan Rekomendasi
Saran dan rekomendasi yang akan disampaikan sekaitan dengan hasil peneliti Karakteristik Litersi dalam Antolog Abdullah Yusuf AL-Qordhowi adalah sebagai berikut:
1.        Penelitian ini penting adanya guna mengenal budaya Islam melalui pendekata sastra. Terutama mengingat di negara Indonesia khususnya, meski menurut data stastisti mayoritas beragama Islam, namun realitas kehidupannya lebih dekat dengan prilaku dan contoh budaya barat, jauh dengan budaya Islam. Begitu pula dalam bidang sastra baik berupa prosa maupun puisi. Hari ini kita saksikan betapa menyebarnya karya sastra yang bermutu rendah dan tidak bernilai dalam kehidupan, dan sastra yang memiliki nilai bagi kehidupan adalah karya sastra yang keseluruhan bentuk, isi dan maknanya yang baik, indah dan benar berdasarkan atas prinsip-prinsip budaya Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
2.        Bagi para pemikir, agamawan dan penguasa hendaklah memiliki budaya Islami dengan ketinggian akhlak, suri tauladan yang baik sehingga manusia akan mengikuti langkah kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan dan kedamaian, jauh dari sikap kontradiksi, panatik, permusuhan, dan kerusakan. Sehingga umat manusia memiliki kekuatan akal, jiwa dan fisik yang dihiasi oleh keluhuran budi bahasa yang tinggi berisi kebenaran, dalam bentuk karya sastra sebagaiman telah ditorehkan oleh generasi zaman keemasan Islam.

















DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.
A. Teeuw, Sastra  dan Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya, 2003.
Abdul al-Mutholib, Muhammad, Al-Bhalaghah Wa Al-Uslubiyat, Kairo: Al-Syirkah Al-Musriyah, 1994.
Abdullah, Muhammad Hasan, Ushul Al-Nazdariyah Al-Balaghiyah, Kairo: Maktabah Wahbah, Duna Sanah.
Al Nadwi, Shalahuddin, Makhtarāt Minal Adab al-Moqōran, Jakarta: Program Pacasarjana IAIN Syahid, 2000.
Al-Bazi, Said, Dirasat Fi al-Naqd al-Adaby, al-Kahirah: Dar al-Tsuqafat,1990.
Al-faruqi, Ismail Raji, Seni tauhid, Esensi dan Ekspresi; Estetika Islam, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999.
Al-Iskandari, Ahmad Wa Anani, Musthafa, Al-Wasith Fi Al-Adab Al-Arabi, Mesir; Daar Al-Ma’arif   , 1916.
Al-Qordhowi, Yusuf, Diwan Al-Duktur Yusuf Al-Qordhowi, Nafahat wa-Lafahat, Aman: Daar Al-Dhiyat, 1985.
                     As-Sunah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 1998.
                     Biografi Qardhawi, www. Media.isnet.org/islam/Qardhawi/Qardhawi. html.    
Al-Rafiqi, Musthofa Sodik, I’jaz Al-Qur’an, Wa Al-Balaghah Al-Nabawiyah, Beirut; Daar Al-Kitab Al-Arabi, 1990.
Al-Tsayib, Ahmad, Ushul Al-Nadd Al-Adabi, Mesir: Maktabah Al-Nahdah, 1964.
Ashaifi, Ismail Musthafa dan Abdullah, Muhammad Hasan, Al-Naqd Al-Adabi Wa Al-Balaghah, Kuwait: Wazarat Al-Tanbiyah, 1970.
Chaer, Abdul, Pengantar semantic Bahasa Indonesia, Jakarta: Bineka Cipta, 1945.
Dhaif, Syauqi, Al-Batsu Al-Adabi, Kairo: Daaral-Ma’arif, 1992.
Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Hadi W. M, Abdul, Sastra Sufi Sebuah Antologi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Hamid, Mas’an, Ilmu Arudh dan Qowafi, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.
Haqqi, Mamduh, Al-Arudh al-Wadhih, Beirut: Dar Maktabah al-Hayat, 1970.

Hasan, Taman, Al-Ushul Dirasat Ibistimulujiah Liushu Al-Fiqri Al-Lighawi Al-Arab, Maroko; Dar Al-Tsaqofah, 1991.
K. Hitti, Philip, The Arab a Short Hystory (tt, Sumur Bandung, t. th), cet ke-7.
Kinayanti, Djojosuroto, M. L. A. Sumaryati, Prisip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra, Jakarta: Nuansa, 2000.
Luxemburg, Jan Van, et al.,Tentang sastra; Penerjemah, Akhdiati Ikram, cet. ke-2, Jakarta: Intermasa, 1991.
Rusyana, Yus, Alwi, Hasan dan Sugono, Dendi (ed.) Politik Bahasa Risalah Seminar Politik Bahasa, Pusat Bahasa, Depdiknas, Jakarta, 2000.
                    Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, Bandung: Diponegoro, 1984.

Salim, Abdul Ali, Tadribāt Nahwiyah Wa Lughowiyah Fizhilāl Nushus al-Quraniyah Wa al-Adabiyah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1987.
Semi, Atar, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa, 1989.
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung; Mizan, 1997.
Sutiasumarga, Males, Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya, Jakarta: Zikrul Hakim, 2001.
Syahir, Kamil Sayid, Al-Lubab Fi al-Arudh Wa al-Qafiyah, Al-Rahira.
Syakir, Mahmud Muhammad, Kitab Asrar Al-Balaghah, Jeddah: Daar al-Malayin, 1991.
Waluyo, Herman, J., Teori dan Apresiasi Puisi, Jakarta: Erlangga, 1995.
Yaqut, Mahmud Sulaeman, Manhaj Al-Bahts Al-Lughawi, Kuwait: Dar al-Ma’rifah Al-Jamiyah, 2000.



[1] Ismail Raji al-Faruqi, Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999), cet. ke-1, h.1.
[2] Ibid., h. 3.
[3] Arabesk Secara sempit didefinisakan sebagai desain bergaya daun (leaf design) atau tetumbuhan menjalar yang diciptakan oleh orang-orang Arab (Muslim). Menurut Ernst Kuhnel (The Arabesque: Meaning and Transformation of an Ornament). Sebenarnya istilah ini bermakna lebih luas mencakup keseluruhan ornamen, motif-motif kaligrafis, geometris dan vegetatif seperti dijelaskan oleh Ismail Raji al-Faruqi, Seni Tauhid, h. 29.
[4] Ibid., h. 4.
[5] Ibid., h. 6.
[6] Ibid., h. 13.
[7] Ibid., h. 14.
[8] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1997), h. 118
[9] Ibid., h. 139.
[10] Ismail Razi Alfaruqi, Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, op. cit., h. 28.
[11] Mas’an Hamid, Ilmu Arudh dan Qowafi, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 14.
[12] Malik Bin Nabi, Fenomena Al-Quran Risalah Tentang Teori Al-Quran, (Bandung: Al-Ma’arif, 1983), h. 69.
[13] Ibid., h. 70.
[14] Ismail Razi Al-Faruqi, op. cit., h. 36.
[15] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet. ke-1, h. 54.
[16] Ibrahim Anis, Dilalah al-Alfadz, (tt: Daar al-Maaruf, 1986), cet. ke-6, h. 106.
[17] Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 25.
[18] A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2003), cet. ke-3, h. 55.
[19] Atar Semi, Kritik Sastra, (Bandung: Angkasa, 1989), h. 9.
[20] Ibid., h. 11.
[21] Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, op. cit., h. 28.
[22] Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan (Bandung: Diponogoro, 1984), h. 311.
[23] Ibid., h. 312.
[24] Ibid., h. 301.
[25] Herman J. Waluyo, op. cit., h. 1.
[26] Jan-Van Luxemburg, et-al., Tentang Sastra; Penerjemah, Akhdiati Ikram, (Jakarta: Intermasa, 1991), cet ke-2, h. 149.
[27] Shalahuddin al-Nadwi, Mukhtarat Minal Adab al-Muqaran, (Jakarta: Program Pascasarjana IAIN Syahid, 1997), h. 43.
[28] Philip K. Hitti, The Arabs a Short History, (tt: Sumur Bandung, t. th), cet kr-7, h. 139.
[29] Malik Bin Nabi, op. cit., h. 9.
[30] Ahmad Iskandari Wa Musthafa Anani, Al-Wasith Fi al-Adab al-Araby, (Mesir: Dar al-Maarif, 1916), h. 134.
[31] Yus Rusyana, Hasan Alwi, dkk. (ed.), Politik Bahasa: Risalah Seminar Politik Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2000), h. 104.
[32] Yusuf al-Qordhowi, As-Sunah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Alih bahasa Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), h. vii.
[33] Husni Adham Jaror, Diwan al-Duktur Yusuf al-Qordhowi Nafahat Wa Lafahat, (Aman: Dar al-Dhiya, 1985), h. 33.
[34] Ibid. h. 34.
[35] Yusuf al-Qordhowi, Diwan, op. cit., h. 33.
[36] Kinayati Djojosuroto dan M. L. A. Sumarni, Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Nuansa , 2000), h. 1.
[37] Jan Van, Tentang Sastra, op.cit., h. 7.
[38] A.Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, op.cit., h. 148.
[39] Ibid, h. 151.
[40] A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, op.cit., h. 170.
[41] Ibid., h. 44.
[42] Muhammad Hasan Abdullah , Muqaddamah fi al-Naqd al-Adabi, (Kuwait : Dar al-Buhuts al-Ilmiah, tt), h. 27
[43]Ibid, Sa’ad al-Baz, h. 31
[44] Ibid, Ahmad al-Iskandari, h. 49
[45] Ibid, h. 47
[46] Ibid, Ahmad Al-Syayib, Al-Uslub, h. 80
[47] Ibid, h. 85
[48]Ibid  Ahmad al-Iskandari, h. 48
[49] Ibid, h. 39
[50] Ibid, Ahmad al-Syayib, h. 90
[51] Muhammad Mahmud al-Dusy,  Abu al-‘Atahiyah Hayatuhu wa syi’ruhu (Kairo : Dar al-Kutub al’Araby, h.261
[52] Ibid, Ahmad Iskandary, h 50
[53] Ibid, h. 141-142
[54] Ibid, h. 247
[55][55] Ibid, h. 248
[56] Ibid, h. 51
[57] Ibid, h. 142
[58] Ibid, h. 246
[59] Ibid, Al-Zamakhsyari, h. 27
[60] Ibid. Mas’an Hamid, h. 105
[61] Kamil Sayyid Syahin, Al-Lubab Fi al-Arudh wa al-Qofiyah, Kairo, al-Hainah, al’Amah, 1989, h. 13
[62] Ibid, Al-Zamakhsyari,  h . 27
[63] Ibid.  Syahin, h. 13
[64] Ibid, Mas’an Hamid, h. 114
[65] Mamduh Haqqi, Al-Arudh al-Wadhihah, (Bairut, Dar al-Maktabah al- Hayah. 1970 ), h. 30
[66] Wafir, Hazaj, Rojaz, Romal, Kamil, Mutaqarib dan Mutadarik
[67] Thawil dan Basith
[68] Khafif, Madid, Munsarih dan Mudhari’
[69] Sari’
[70] Muqtadhab dan Mujtast

[71]Ibid,  Mamduh Haqi, h. 84
[72] Ibid
[73] Ibid, h. 81
[74] Ibid, h. 87
[75] Ibid, Mamduh Haqi, h. 90
[76] Ibid, Syahin, h. 64
[77] Ibid, h. 75
[78] Ibid, Mamduh Haqi, h. 94
[79] Ibid, Syahin, h. 85
[80] Ibid, Ahmad Syayib, h. 91
[81] Ibid, Syahin, h. 88
[82] Ibid, h. 93
[83] Ibid, h. 96
[84] Ibid, h. 101
[85] Ibid, h. 105
[86] Ibid, h. 107                                                             
[87] Abdulloh Darwis, Dirasah fi al-Arudh wa al-Qafiyah, (Makkah al-Mukarromah :Maktabah Thalib al-Jami’i, 1986), h. 123
[88] Ibid, h. 127
[89] Ibid, Mamduh Haqi, h. 115
[90] Ibid, Ahamad AL-Hasyimi, h. 114
[91] Ibid Husni Adham, 1985 : 12